Hari
Kamis 26 April 2018, bertempat di gedung olahraga Pelita Bondowoso, kami 54
pemuda Bondowoso mengikuti ajang pemilihan pemuda pelopor 2018 kabupaen
Bondowoso. Pemilihan ini di mulai dari seleksi berkas dari tanggal 18-20 April
dan seleksi tulis pada tanggal 21 April 2018 serta seleksi wawancara di lakukan
pada hari minggu tanggal 22 april 2018. Kami dari 54 peserta di seleksi secara
ketat untuk di pilih mewakili kabupaten Bondowoso ketingkat propinsi yang akan dilaksanakan pada tanggal 08 Mei
2018, kami dipilih tiga pemuda untuk mewakili setiap bidang. Sementara ada
beberapa kategori dalam pemilihan pemuda Pelopor kali ini. jika, pada tahun
2017 di pilih empat kategori pemuda pelopor, pada 2018 di bagi menjadi lima
kategori :
- Bidang Pendidikan;
- Bidang Sosial Budaya, Pariwisata dan Bela Negara;
- Bidang Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan;
- Bidang Pangan;
- Bidang Teknologi Tepat Guna, Komunikasi dan Informasi;
Penobatan Pemuda Pelopor 2018
Book Adventure “Jelajahi Dunia
Dengan Membaca”
Kabupaten Bondowoso
merupakan daerah ek-karesidenan Besuki yang berada di wilayah pegunungan dan
perbukitan, dengan sebaran penduduk tidak merata. Hal ini menjadi permasalahan
ketimpangan pendidikan antara kota, desa dan daerah pelosok Bondowoso.
Berangkat dari kompleksitas permasalahan pendidikan di Bondowoso inilah,
Terlahir ide gerakan Literasi berbasis masyarakat dengan nama Book Adventure.
Book
adventure merupakan gerakan yang telah dilakukan oleh kami. bergerak dalam
peningkatan mutu pendidikan di pelosok Bondowoso dengan mendatangkan buku
berkualitas kepada mereka. Book adventure
terlahir karena melihat kondisi minat baca dan kondisi bahaan bacaaan kualitas
di daerah pelosok Bondowoso yang kurang. Maka kami sebagai pemuda Bondowoso dan
masyarakat Bondowoso secara administratif, merasa memiliki tanggung jawab moral
untuk ikut urun turun tangan dalam menangani masalah pendidikan ini.
Book
Adventure, kami gagas sekitar dua Tahun yang lalu.
Mengingat waktu itu. kami sedang mengunjungi beberapa dusun yang terletak jauh
dari keramaian. Kami disana menyaksikan betapa minimnya sarana buku bacaan dan
minat baca di beberapa dusun tersebut. berawal dari kunjungan kami waktu itu,
untuk mengantarkan teman-teman dari
Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Indonesia untuk melakukan ekpedisi
pegunugnan ijen. Asumsi Kami berkeyakinan bahwa di pelosok Bondowoso, kondisi
hampir seperti ini semua. dan itu terbukti setelah kami melakukan jelajah ke
beberapa pelosok Bondowoso. Kami menemukan kesamaan permasalahan dalam bahan
baca dan minat baca.
Sekitar akhir 2016
gerakan ini kami lakukan dengan bergerak secara mandiri, kami melakukan
kegiatan penuh dengan banyaknya rintangan, yang sangat mengkhawatirkan ketika
itu, medan yang kami tempuh jalanannya licin, berbatu, tidak jarang kami
beberapa kali terjatuh dengan kendaraan roda dua yang kami gunakan. Tidak
berhenti disana, lokasi yng berada di perbukitan juga rawan Longsor, yang sesekali
mengancam mereka terisolasi karena jalan yang mereka lewati, tertimbun longsor.
Dan mengancam keselamatan kami saat mendistribusikan buku bacaan dan
berkegiatan dipelosok. Dan setelah melihat resiko dan tantangannya kami justru
lebih tergerak untuk lebih konsisten dalam melakukan gerakan ini.
Book adventure ini,
mirip dengan perpustakaan keliling dengan mernggunakan motor meunju ke daerah
pelosok. Dengan membawa buku di dalam Box
Motor di pasang dibelakang jok sepeda motor kami. Kami hampir dua minggu
sekali menuju ke titik lokasi pelosok. Akan, tetapi, dengan keterbatasan waktu,
tenaga, biaya dan fikiran, kegitan ini diadakan menjadi sebulan sekali pada
pertengahn tahun kemarin. Akan tetapi, Dengan tekat dan niat yang kuat, gerakan
Book adventure saat ini tidak hanya
bergerak sendiri.
Rumah
baca "Soko Raong”
Tepatnya. Pada awal
2017 kami bergerak bersama komunitas Relawan Muda Bondowoso, kami
#kerjabarengan dengan memperjuangkan misi besar ini, yakni kami bertekat
disalah satu dusun yang pernah kami kunjungi tersebut, dapat dirikan rumah baca
agar menjadi alternatif berkegiatan dalam meningkatkan mutu pendidikan
di pelosok Bondowoso. Dan mengingat saat ini armada yang membawa buku ke Lokasi
masih terabatas. Maka kami memberanikan diri memberdayakan masyarakat setempat
dengan membuka rumah baca. Di akhir tahun pada tahun 2017 yang lalu, rumah baca
yang pertama terlahir, berkat inisiasi gerakan Book Adventue dengan kerja barengan Relawan Muda Bondowoso.
Rumah baca pertama ini,
terlahir di Dusun Tol-tol Timur, Desa Rejoagung Kecamatan Sumberwringin,
kabupaten Bondowoso. Rumah baca tersebut terlahir dengan nama “Soko Raong”.
Diberikan nama tersebut karena berada di lereng Gunung raung, nama tersebut
diambil dari suku kata “soko”
(Madura) dalam bahasa Indonesia berarti “kaki”. Dengan adanya rumah baca
tersebut, gerakan Book Aventure
menjadi cukup mudah melakukan kegiatan disana. karena tidak harus lagi membawa
naik turun buku dengan box. Dan
gerakan book adventure, ini kedepan
telah menyusun rencana program yang akan dilakukan selama lima tahun kedepan
dan beberapa program kerja yang telah dilakukan dan akan di lakukan di Rumah
baca “Soko Raong” rencana ini tentu perlu dukungan dari
berbagai pihak dan kedepan bisa di terapkan dirumah baca yang lainnya serta di
dirikan diseluruh pelosok kabupaten ini.
Harapan kami, gerakan
ini tidak berhenti dalam kegiatan sementara. Tetapi gerakan ini di harapkan
menjadi gerakan masif di Bondowoso mengingat, masih sangat rendahnya minat baca
dan rendahnya kualitas Sumber daya manusia. Oleh karena itu, gerakan ini perlu
lebih banyak lagi yang terlibat. Untuk menuntaskan tanggung jawab bersama,
permasalahan kualitas pendidikan di Bondowoso khususnya, dan permasalahan
kualitas pendidikan Indonesia pada umumnya.
Dusun Tol Tol Timur
Dusun Tol Tol Timur
merupakan salah satu dusun terjauh di Desa Rejoagung Kecamatan Sumberwringin.
Dusun ini terletak diantara kebun kopi dan hutan Produksi milik Perhutani.
Menuju dusun tersebut hanya bisa ditempuh dengan menggunakan kendaraan Roda
dua. Jarak antara dusun dengan pintu masuk dusun tersebut cukup jauh, kurang
lebih berjarak 500 Meter dengan kondisi jalan yang sulit di tempuh, sementara
pintu masuk dusun tersebut berada di antara jalan menuju Bondowoso dan kawah
ijen. Karena kalau hujan turun jalannya licin, juga sering terjadi longsor di
jalan tersebut. Didusun tersebut hanya memiliki fasilitas Pendidikan berupa
Sekolah Dasar dengan Tiga lokal bangunan dan satu Musholla sebagai saran
pendidikan agama. Serta memeiliki sarana ibadah berupa masjid, yang terletak di
tengah dusun tersebut.
Kondisi
pendidikan dusun tol-tol Timur masih sangat kontras dengan keadaan di desa pinggiran
kota. kendala utama yakni semua guru di datangkan dari Bondowoso kota dan
daerah kecamatan tersebut, karena sulitnya akses dan jarak yang di tempuh oleh
guru menuju ke sekolah, terkadang mereka baru bisa masuk kelas setengah delapan
pagi, dan pulangnya sekitar jam sebelas siang. Selepas kegiatan Sekolah Dasar,
mereka tidak ada kegiatan belajar mengajar lagi. Mereka lebih banyak melihat
televisi dan tidak adanya fasilitas seperti rumah baca atau tempat beramin yang
edukatif. Ini yang kami rasa menjadi pemicu rendahnya kualitas hidup dan
pendidikan di tol-tol Timur. Terkadang bukan Cuma masalah itu yang di hadapkan
pada anak-anak di dusun tol-tol, bahkan sebagin dari mereka ada yang tidak
masuk dengan alasan ikut membantu ke kebun bersama orang tua.
Melihat pendidikan di
dusun ini sangat kurang, tentu membuat kami merenung bagaimana menggerakan
masyarakat setempat untuk menjadi agen perubahan. Sebenarnya didusun tersebut
sudah ada satu pemuda yang menempuh perguruan tinggi, tetapi masih belum bisa
di berdayakan dalam bidang pendidikan. Usaha kami lakukan terus berkomunikasi
dengan mereka, pemangku kepentingan disana, terkadang harus bisa komunikasi
dengan mereka.
Mata
pencaharian masyarakat tol-tol timur merupakan buruh tani dan sebagian besar
memiliki kebun kopi yang dikelola mereka, tetapi tanah kebun tersebut milik
perhutani. Dusun ini berada di tengah hutan produksi perhutani, tentu dengan
memanfaatkan hutan produksi tersebut masyarakat setiap harinya keluar masuk
hutan di sekitar mereka, karena kegiatan ini merupakan satu-satunya yang bisa
mereka lakukan. Masyarakat didusun tol-tol Timur ini hanya ada sekitar 34
kepala keluaga dengan meyebar di antara hutan produksi milik perhutani
tersebut.
Data diatas merupakan
data yang kami ambil, untuk menentukan strategi Book Adventure di Dusun Tol Tol Timur. Dari data tersebut
menunjukkan potensi masyarakat untuk di kembangkan dalam peningkatan
pendidikan. Dengan masyarkat yang rata-rata suku Madura, dan pendidikan paling
tinggi hanya tingkat SD bahkan ada yang tidak pernah bersekolah. Akan tetapi,
saat ini dari sebagian mereka sudah sadar, agar anak-anak mereka tidak
mengikuti jejak mereka. Berdasarkan, pemetaan yang dilakukan oleh kami,
idenifkasi masalah, siapa yang berpengaruh dalam hal ini tokoh masyarakat untuk
di gerakkan. Dengan kerja keras, kami berusaha mendirikan rumah baca disana
sudah terlakasana dengan dukungan tokoh masayarakt setempat.
Saat ini, salah satu
tokoh yang sering berkomunikasi dengan kami telah menginisi pendidikan Madrasah
Diniyah dan kami di persilahkan mengisi kegiatan rumah baca disana dengan
menggadengkan sekolah tersebut. Rumah baca yang selama ini berada di ruang tamu
kepala dusun dengan ruangan yang tidak begitu luas, kami rasa menginginkan
beberapa fasilitas untuk berkegitan. Dengan adanya, inisatif dari masyarakat
yang ikut tergerak tersebut membuat kami semakin bersemangat. Mereka sampaikan
kepada kami bahwa mereka tidak ingin, anak cucunya seperti mereka.
Guleh gun bisa agebey tempatah cong, se ngajer
deggik mantoh guleh alumni pesantren e pekesan. Teros cakancah mbian mon
agebeyeh kegiatan bisa e kantoh pon cong, guleh ngabesagin pendidikan e tol tol
nikah cong. Ceng ngenesah. Dinah mon se toah pon karoan cong, anak potoh mander
tak engak abek cong, tak bisa asakolah teggih. ( saya Cuma bisa membuat
tempatnya mas, yang ngajar nantinya menantu saya, dia alumni salah satu
peantrren di Pakisan. Anda dan temen-temennya bisa buat kegitan disini nantinya
mas. Saya melihat pendidikan di Tol tol ini sangat misris mas,biarkan yang tua
sudah di takdirkan berpendidikan seperti ini, anak cucu jangan sampai seperti
kami).
Dengan
pernyataan tokoh tersebut, mereka ingin keadaaan pendidikan di Tol Tol Timur
semakin membaik, secara tidak langsung dengan adanya Book adventure kesadaran mereka akan pentingnya pendidikan lebih
meningkat. Oleh karenanya perlu mengubah mindset masyarakat akan pentingya
pendikan. Dengan apa menyadarkan mereka sebagai orang tua, yakni dengan
literasi parenting. Salah satu yang menajadi penting dalam gerakan kami,
keterlibatan masyrakarat secara langsung untuk peduli pendidikan, ini adalah
upaya pemberdayaan pendidikan yang kami lakukan.
Kedepan
misi ini, bukan hanya di Dusun Tol-Tol Timur, akan tetapi akan terus berkembang
di seluruh pelosok Bondowoso. Dusun Tol Tol merupakan yang pertama dan sebagai
contoh gerakan Book Adventure.
Harapan kami partisipasi dari semua masyarkat terlebih pemuda Bondowoso,
memeilki empati terhadap kabupatennya. Kerjasama ini tidak menutup kermungkinan
nantinya bekerjasama dengan komunitas yang lainnya.