Selamat datang di Jember.
Jember merupakan salah satu kota kecil yang hiruk pikuk.
Terkenal akan JFC-nya (Jember Fashion Carnival) yang mendunia, telah menjadikan
kota ini berkembang secara drastis. Banyak gedung dan bangunan megah didirikan.
Maka jangan heran apabila keringat bercucuran karena matahari yang bersinar
sangat terik. Namun, di balik teriknya matahari, terdapat sebuah oase yang
menyejukkan jiwa. Oase berupa bacaan yang menyejukkan di tempat yang meneduhkan
hati. Tempat apakah itu?
Kampoeng Batja (dok. pribadi) |
Selamat datang di “Kampoeng Batja”
Adanya kampoeng batja merupakan kabar baik untuk Indonesia. Di
balik mirisnya pergaulan generasi millennium yang jarang meluangkan waktunya
untuk membaca buku, ternyata terdapat sebuah inovasi daerah yang menyumbang perbaikan untuk generasi emas
Indonesia. Melalui buku, mereka bersama-sama akan menggebrak dunia.
Kampoeng Batja merupakan istilah unik. Lokasinya memang di
sebuah perkampungan, yaitu kampung Kreongan, lebih tepatnya di Jalan Nusa Indah
VI-7 Jember. Untuk menuju lokasi, pengunjung harus menyusuri gang sempit dan
berkelok. Ditempuh dengan berjalan kaki selama 15 menit, maka akan sampailah di
tempat yang dengan bangga kita sebut oase.
Awal mula menyusuri gang menuju oase literasi (dok. pribadi) |
Telah sampai di pintu gerbang (dok. pribadi) |
Mengisi buku tamu (dok. pribadi) |
Membaca buku di tempat yang nyaman (dok. pribadi) |
Kampoeng batja merupakan taman baca yang dirancang
menyerupai kebun yang asri, dengan dilengkapi perpustakaan mini yang kaya akan
buku berkualitas dan tepat sasaran. Didirikan di atas lahan seluas 450 meter
persegi, tersedia beragam sarana dan prasarana, seperti perpustakaan kecil,
koleksi utama, pojok baca, gazebo, pondok, saung, rumah pohon, dsb. Juga terdapat
wisma tamu berupa pondok kecil yang akan mengingatkan kita pada suasana desa.
Sejuknya kampoeng batja, tak lepas dari adanya pepohonan dan
tanaman yang menyejukkan mata. Terdapat ragam jenis pepohonan, antara lain
manga, nangka, durian, jati emas, kesemek, mundu, tin, kayu manis, kemundung,
aren, sawo kecik, jeruk bali, dan kersen. Tidak hanya itu, di salah satu pondok
juga terdapat koleksi gerabah berbagai bentuk dan ukuran. Gerabah tersebut
merupakan buah tangan dari pengunjung serta koleksi pemiliknya. Hmm, siapakah
pemiliknya?
Pondok gerabah (dok. pribadi) |
Kung Iman, Pemiliknya
Nama aslinya adalah Iman Suligi. Kung Iman, begitulah kami
terbiasa memanggilnya. Sapaan hangat untuk seorang kakek tua dengan tubuh segar
bugar. Keriput di wajahnya berbanding terbalik dengan lincahnya ia berbicara,
berpendapat, dan bercerita. Senyuman dan tawa yang menghiasi wajahnya, seakan melupakan
usianya yang telah renta.
Kung Iman yang ramah (dok. pribadi) |
Kung Iman adalah seorang pensiunan guru seni rupa di SMK. Ia
mendirikan Kampoeng Batja bersama istri tercintanya, Gigih Rachmawati. Kampoeng
Batja merupakan mimpinya sejak kecil. Ia cicil sesanggupnya, semampunya,
perlahan tapi pasti.
Sejak kecil, Kung Iman sangat dekat dengan dunia literasi.
Ayahnya yang sering membawa koran dan majalah selepas pulang kerja, membuat
Iman kecil tertarik dan menyempatkannya membaca. Melahapnya setiap hari sehingga
tumbuh kebiasaan membaca.
Kesempatan lain datang ketika ia duduk di bangku sekolah dan
perkuliahan. Ia mendapat kesempatan untuk menjadi pustakawan, yaitu mengelola
perpustakaan. Ia mencintai dengan tulus setiap inci lembar buku yang ia pegang
setiap hari.
Ngobrol santai dengan Kung Iman (dok. pribadi) |
Keseriusannya semakin membumbung tinggi tatkala ia telah
purna dari tugasnya. Ia mempunyai banyak waktu untuk mewujudkan cita-citanya,
yaitu mendirikan Kampoeng Batja. Dengan uang pensiunannya, dia mencicil
sejengkal demi sejengkal setiap ruangan yang ia desain semenarik mungkin.
Pada awalnya, Kung Iman menggali dana secara mandiri, dengan
penghasilan uang pensiunannya sebagai guru. Namun beberapa lama kemudian, para
simpatisan dan pegiat literasi berdatangan untuk menyumbang buku dan materi
lainnya guna memperkaya koleksi Kampoeng Batja. Relawan juga datang untuk
menyumbangkan jasa dan ide dalam rangka mengembangkan Kampoeng Batja.
Wisata Literasi
Kampoeng Batja merupakan wisata literasi yang sering
didatangi pengunjung dari ragam usia. Sering sekali anak-anak PAUD dan TK
berkunjung dan berwisata ke Kampoeng Batja. Selain mendapat kenyamanan dan
suasana yang berbeda, yaitu khas desa, anak-anak juga akan dijejali dengan
pemandangan buku-buku manis yang wajib untuk disentuh, dibuka, dibaca, lalu
diceritakan kepada teman-temannya.
Susunan buku-buku manis di rak (dok. pribadi) |
Para remaja, mulai dari tingkat SMP, SMA dan Universitas,
seringkali datang ke Kampoeng Batja untuk diskusi, membaca buku, pinjam buku,
bahkan untuk sekedar melepas penat dari hiruk pikuk kesibukan di kota. Tak
jarang para orang tua datang untuk mengajak anaknya lebih gemar membaca buku
dan mencintai buku dengan cara datang ke Kampoeng Batja yang telah berhasil
menyulap perpustakaan menjadi taman baca yang menyenangkan.
Gol A Gong (ketua forum TBM), Mardi Luhung (penyair dari Gresik),
Katrine May Hansen (penyair dari Denmark), dan masih banyak lainnya, seringkali
datang ke Kampoeng Batja. Mereka datang untuk berbagi inspirasi dan motivasi
kepada para pegiat literasi di Jember. Maka dari itu, Kampoeng Batja jarang
sekali sepi pengunjung, setiap hari selalu ada sapaan hangat yang terdengar
dari serambi kebun mereka.
Wakaf Buku dan Sudut
Baca
Menularkan virus membaca tak cukup dengan membuka taman baca
lalu menunggu para pengunjung datang. Melainkan perlu adanya akses dan mengetuk
pintu hati masyarakat untuk tergerak turun langsung mengentaskan pendidikan
bersama. Salah satu caranya adalah dengan mengajak masyarakat untuk meawakafkan
buku mereka. Tentunya buku terbaik dan buku berkualitas, karena ilmunya akan
bermanfaat sepanjang masa.
Virus membaca itupun, juga tak cukup apabila berdiam diri di
tempat. Perlu didirikan perwujudan Kampoeng Batja kecil di beragam tempat, yang
kini telah ada dan diberi nama Sudut Baca. Pada sudut baca, terdapat rak buku,
rak buku gantung, karpet, backdrop dan
sejumlah buku untuk menjadi bagian dari ruangan yang bermanfaat.
Gerakan Satu Sudut Baca Tiap Bulan
Sumber : Kung Iman
|
Beragam Penghargaan
Untuk Kampoeng Batja
Keseriusan Kampoeng Batja dalam mengelola buku dan
perpustakaan, menjadikannya untuk mendapatkan penghargaan dari Bupati Jember
berupa Anugerah Jember Bangkit saat memperingati Hari Pendidikan Nasional
beberapa waktu yang lalu.
Selain itu, 2 tahun yang lalu Kampoeng Batja juga
mendapatkan penghargaan dari M. Nuh selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
berupa Anugerah Taman Baca Masyarakat Kreatif dan Rekreatif tingkat Nasional
pada Hari Aksara. Pada tahun yang sama,
ia juga menerima Anugerah Aksara pada puncak peringatan ke-49 Hari Aksara
Internasional di Kendar.
Sekilas penghargaan untuk Kung Iman (dok. pribadi) |
Selalu Mengudara dan
Menyapa di Dunia Maya
Seiring berkembangnya teknologi digital yang serba berada di
genggaman, tentunya menjadi salah satu akses untuk menyapa para pegiat literasi
di dunia maya. Tidak hanya menyapa para pegiat literasi saja, juga tentunya
menyapa anak-anak dan remaja untuk menggelorakan semangat membaca di waktu
luang.
Keseriusannya menyapa di dunia maya, terbukti dengan adanya 7 grup
facebook yang ia kelola, tentunya berkaitan dengan literasi, antara lain
Kampoeng Batja on Air, Taman Putra, Poetry Postcard, Museum Literasi,
Berbagi Dongeng, Ketika Anak Bertanya, dan It
Takes a Village to Raise a Child.
Selain itu, Kampoeng Batja selalu mengudara untuk
menggemakan dan menularkan giat membaca melalui radio Pro-1 RRI Jember. Mereka
menyapa melalui suaranya setiap Jumat pukul 10.00-11.00. Para pendengar radio
juga dapat berinteraksi dengan Kung Iman melalui radio.
Mari Gerilya Membaca
Milan Kundera, seorang novelis asal Ceko mengatakan bahwa “Jika ingin menghancurkan sebuah bangsa dan
peradaban, hancurkan buku-bukunya, maka pastilah bangsa itu akan mati”. Pepatah
tersebut bermakna mendalam untuk Indonesia, khususnya generasi Indonesia, bahwa kita harus rajin membaca
serta mencintai buku-buku kita untuk turut serta membawa Indonesia dalam masa
kejayaan.
Mari kita bersama-sama untuk tetap menjaga buku kita.
Sediakan tempat untuk koleksi buku di sudut rumah kita. Ajak keluarga, sanak
saudara dan kerabat untuk meluangkan waktunya membaca buku. Walaupun hanya satu
lembar, niscaya faedahnya seluas samudra.