Mendadak Survei: Jadi Pergi Berlibur Ke Kota Batu
Mas Holidi
10:04:00 PM
0
Selamat
pagi, semoga kita masih menjadi manusia yang selalu bersyukur.
Kali
ini, saya akan bercerita perjalanan bekerja sebagai surveyor salah satu Lembaga
survei dan sekaligus berwisata gratis ala surveyor. Tepatnya pada tahun 2016, saya bersama
sahabat-sahabat koerawa mendadak survei ke salah satu kota yang dikenal dengan
kota wisata yaitu Kota Batu. Kota yang terletak di Malang Raya ini, merupakan
kota yang baru saja di bangun dan baru saja berdiri sebagai kota. nah, waktu
itu kita mendadak survei kesana untuk pelayan publik dan masalah sosial yang
terjadi disana. Kita ditugaskan oleh salah satu lembaga survei swasta, dengan
gaji cukup buat seorang mahasiswa tingkat galau waktu itu.
Sehari
sebelum kita berangkat, kita diberi kabar oleh satu sahabat kita di koerawa
kalau mau ada survei ke kota Batu. Setelah itu, kita semua mendaftar kecuali
beberapa yang tidak ikut mendadak survei. Kita training untuk melakukan survei
setelah itu ternyata kita tandom kerjanya, jadi satu desa dua surveyor. Dan
pada akhirnya Kita berangkat bareng ke Batu menggunakan Bis Akas Malang-Jember.
waktu itu kita sempatkan dulu berswafoto di dalam bis, kita berangkat bertujuh
yang salah satunya merupakan surveyor sejati diantara sahabat-sahabat koerawa
yang lain yaitu si jangkung Fahmi. Kebetulan saya pada saat itu tandem dengan
salah satu surveyor cewek dari kota lain. Dengan membawa kuesioner dan hadiah
untuk responden berupa kaus, saya berangkat dari Jember dengan 20 kuesioner di
dalam tas dan 20 lembar kaus di tangan.
Rekan Tandem
Sesampainya
di kota Malang, saya masih mencari tempat beristirahat sejenak sebelum
berangkat ke Desa yang di tuju. Kebetulan waktu itu saya diajak ke kontrakan
temennya Bli Irham yang waktu itu kontrakannya deket UMM. Dengan rasa lelah
Jember-Malang, kita masih istirahat meluruskan otot yang tegang. Pada akhirnya,
kita sudah siap tempur untuk turun ke desa masing -masing. Kalau tidak salah waktu itu bli Irham ke
daerah Tretes, sementara saya berangkat ke Desa Tulungrejo Kecamatan Bumi aji.
Kita berpencar kesemuanya mulai melakukan rekam data ke balai desa, bahkan ada
yang di tolak meminta surat dari bakesbangpol kota batu, sementara waktu itu
kita sudah memiliki surat ijin dari bakesbangpol Jawa Timur. Dengan perasaan
capek kita meloby perangkat desa, mereka masih ngotot minta surat dari Bakesbangpol Kota Batu. Akhinya saya berangkat
ke balai kota untuk meminta kepada tim yang telah mengurus disana. akhirnya
dengan perasaaan lega kita dapat meloby perangkat desa dengan menghubungi
kepala desa langsung dan yang menjadi pihak lobiying saat itu temen tandem saya
yang cewek tersebut.
Setelah
itu kita mulai mengacak Dusun untuk dibagi menjadi dua dengan tandem saya.
Akhirnya kita mendapatkan lokasi yang akan menjadi objek dan responden kita.
tetapi hari telah sore, dengan secepatnya saya dan kawan tandem saya, yang
waktu itu saya belum tau asalnya darimana dan namanya siapa, ikut saya mencari
tempat berteduh untuk beberapa hari ke depan. Kita menuju rumah Kasun yang
berada tidak jauh dari Selecta. Selecta merupakan tempat wisata yang terkenal
di kota Batu. Tepatnya dirumah pak kasun Khamim, orangnya tinggi besar dan
kasun yang perlu di contoh oleh kasun dikota saya mungkin. Akhirnya, kita di
terima langsung oleh beliau, beliau merupakan kasun yang memiliki jiwa politik
yang tinggi dan juga pengusaha.
Visi dan Misi Perusahaan Roti Pak Kasun
Merek Roti Milik Pak Kasun
Pagi
selepas jam tujuh waktu itu, datang beberapa ibu-ibu dengan membawa pisau kecil
untuk mengupas kulit apel di rumah yang saya tempati semalam tersebut. Tidak
lupa saya mengabadikan moment tersebut. di tempat ini yang menjadi penaggung
jawab produksi adalah mas wawan, mas wawan yang mengatur beberapa kegiatan
disini dengan di temani beberapa karyawan lainnya di produksi. Dalam produksi
keripik ini ada sisi pemberdayaan ibu-ibu lanjut yang menjadi pekerja harian di
dalam produksi ini. waktu itu saya tidak bertanya berapa gaji mereka, tetapi
waktu yang terlintas bagi otak saya adalah bagaimana saya bisa menciptakan
lapangan pekerjaan seperti pak khamim tersebut. selepas dari rumah respon yang
dekat-dekat, malam hari itu saya diajak mas wawan untuk melihat langsung
prosuksi diruangan belakang dan sekaligus menikmati kripik apel sepuasnya.
Waktu itu saya di tunjukkan satu persatu prosesnya dari pencucian sampai bisa
di nikmati dan menjadi oelh-oleh khas kota Wisata Batu.
Ibu-ibu yang asyik mengupas Apel
Selepas
itu, saya juga dipersilahkan oleh Pak Khamim untuk melihat usaha yang di rumah
keduanya yaitu Roti. Roti tersebut bermerek Roterdam yang beralamatkan Jalan
Selecta Kota Batu. Saya masuk ke bagian gudang tepung yang berada dia lantas
atas dan masuk ke ruang produksi di bawah, kebetulan rumahnya ini berada di
bukit, jadi ruang produksinya berada di bawah. Saya melihat bagaimana prosesnya
sampai di kemas dengan higenis. Setelah saya Tanya sudah sampai mana produknya
tersebut, ternyata sudah sampai ke luar kota Batu dan Malang. Di rumah produksi
Roti ini, banyak karyawan laki-laki beda dengan di rumah produksi kripiknya.
Mungkin karena yang memiliki usaha roti ini atas nama Pak Khamim dan Produksi
kripik kata pak khamim di pasrah kepada sang istri. Setelah itu, berlanjut menjelaskan beberapa
visi misi perusahaannya dan beberapa tujuan yang ingin memberdayakan orang-orang
sekitarnya.
Perusahaan Roti Pak Kasun
Dua
hari telah berlalu di lokasi dusun dekat saya tinggal, saya masih memiliki
tugas mewawancarai dua responden di Dusun terjauh yakni Dusun Wonorejo yang
berada di jalan menuju Wisata Coban Talun. Dari dusun dekat balai Tulungrejo
rumah pak Khamim tersebut, saya berjalan kaki sejauh kurang lebih dua kilo
meter. Waktu itu mau naik ojek eman uangnya sudah mepet. Akhirnya berjalan kaki
sejauh itu, tetapi kurang sepertiga perjalan bertemu bapak yang baik hati,
dengan mempersilahkan bonceng sampai ke dusun Wonorejo. Akhirnya, saya sampai
disana sekitar jam dua siang, akhirnya saya mengacak siapa yang mau
diwawancarai, dengan cuaca dingin kota Batu kalau sudah menjelang malam, mulai
terasa. Saya memewancai baru selesai sekitar jam delapan malam, dengan cuaca
berkabut disana, akhirnya saya memutuskan untuk tidur di Masjid terdekat.
Karena, sampai saat ini, tempat teraman sepanjang berkelana adalah masjid.
Meskipun akhir-akhir ini masih terjadi kekerasan dirumah ibadah, Tetapi waktu
itu tidak. Saya berpamitan untuk tinggal
di masjid tersebut ke RT setempat, tetapi malah waktu itu diajak ngobrol dan di
suguhi apel segar malam-malam dengan suasana dinginnya Kota Batu dan makanan
ringan bernuansa pedesaan. Kita ngobrol sampai kira-kira sampai jam 9, akhirnya
dengan besar hati dan baik hati saya diantarkan oleh pak RT Tersebut kerumah
Pak Khamim, karena keesokan harinya saya harus menyelesaikan di dusun yang
berada di tengah, karena mengejar target juga. Akhirnya, sesampainya di rumah
produksi kripik apel tersebut sudah di siapkan nasi Goreng dan teh panas yang
mulai dingin karena sejuknya kota Batu.
Bahan Kripik Apel
Kamipun
makan bersama di akhir malam-malam bersama sebelum besok siang cabut, untuk cleaning data bersama bang Muhlisin.
Bercerita banyak dengan mas wawan dan rekan tandem saya sampai larut malam, banyak
yang kita bicarakan mulai produksi sampai masalah tattoo sebagai seni. Dengan
keadaaan malam yang dingin itu, aku masih menyempatkan untuk ke tempat produksi
lagi dibelakang menemani mas wawan.
Dengan mesin berkapasitas kurang lebih 20 liter minyak nabati.
Tulungrejo
Mentaripun
meyingsing, pagi saat itu seakan menjadi hal yang indah dikota orang dengan
beban survei masih belum rampung keseluruhan. Setelah sarapan saya berpamitan
kepada Pak Khamim dan keluarga di Rumah utama untuk melanjutkan di dusun yang
belum selesai sekaligus pamit untuk pulang ke Jember. kamipun masih di suruh membawa
beberapa apel segar untuk cemilan, dengan sigap saya memasukkan apel-apel segar
tersebut ke dalam tas saya yang mulai luas, karena kuesioner sudah berkurang
dan kaus sudah tinggal beberapa.
Setelah saya pamit, HP saya bunyi ternyata
kabar dari sahabat-sahabat koerawa mereka sudah selesai dan beberapa yang
lainnya tinggal satu. Saya mengabari mereka kalau punya saya masih tinggal beberapa,
karena kendala tidak ada kendaraan. Akhirnya mereka yang selesai, meyusul saya
dengan membawa kendaraan pribadi. Fauzi, lian dan Bli Irham ketempat saya.
Kebetulan pas telpon saya lagi berada dirumah responden, yang kebetulan juga saya
harus bersuara lirih menerima telpon dari mereka. Akhirnya mereka dengan rasa
khawatir mereka menjemput saya. Tapi waktu itu saya lagi menikmati buah apel
dan beberapa buah hasil kebun responden. Kebetulan yang saya wawancarai anak
SMA kelas tiga waktu itu, mereka datang lalu dengan suara lirih ketelinga saya
bilang “ tak Kiro wes smaput kon, suaramu barusan seperti orang mari smaput,
malah wawancarai wedok ayu kon iki”.
Saya Cuma bisa senyum kecil ke mereka. Oiya ada yang lupa, kota batu ini
merupakan tempat pejuang HAM Munir, disana saat ini berada Omah Munir yang
terletak di kanan jalan dari arah kota Batu Menuju Rumah Pak khamim.
Desa Sejuta Apel
Akhirnya semua
telah selesai, kitapun berempat balik ke kota dan melakukan cleaning data. Tidak lupa kita masih
mampir ke ketan legenda yang antrinya
Masyallah. Kita mulai kembali berkemas diri untuk balik lagi malam itu
ke jember, tetapi kita putuskan balik pagi hari, malah itu kita menginap di
rumah saudara dan teman-teman kenalan di Malang.
Perjalan
ini sunggguh berkesan bagi saya, banyak pelajaran dan tentunya ini yang
dinamakan mendadak survei dan traveling gratis ala surveyor. Terima Kasih Saiful Mujani, Ngalam,Kota Batu,
Pak Kasun Khamim, Pak Amri Selecta, Pak RT di Wonorejo, responden dan semua
pihak yang telah berbuat baik pada saat itu. kapan-kapan saya kesana lagi,
Insyallah dengan cerita berbeda.
Batu, itu namamu.
Kota dengan seribu cerita.
Meskipun, hanya beberapa hari aku
berada di pelukanmu.
Kota Wisata, Julukanmu.
Penuh inspirasi yang tumbuh dalam
otakku ketika aku menyertaimu.
Omah munir, menjadi saksi bahwa
kamu kota pahlawan HAM.
Roti Roterdam Dan Kripik Apel,
menjadi saksi bahwa kamu kota berdikari.
Batu, itu namamu.
Alam nan indah, elok menawan
hati.
Dinginmu, seakan menyihirku untuk
memelukmu.
Batu, baik-baiklah dengan
pemimpin barumu.
Suatu saat aku akan kembali menyambangimu
dengan cerita baru.