Tepat pada hari Rabu 8 Maret 2017 saya dapat undangan
mendadak oleh temen Mapala UI, untuk mengisi acara mereka. Sementara acara
mereka mulai tanggal 9 maret atau keesokan harinya, bagamana tidak kaget dapet
undangan mendadak, untuk berangkat ke UI Depok. Sementara mereka ingin saya
mengisi materi mengenalkan potensi wisata kawasan Ijen, tetapi saya merasa
belum memiliki kapasitas untuk menyampaikan itu. akhirnya dengan kepala tenang
saya melakukan konfirmasi ke Pak Hary Patriantono selaku kadisparpora
Bondowoso, untuk menjadi pemateri di acara temen Mapala UI, namun dengan berat
hati waktu itu beliau ada acara diklat kenaikan jabatan di pemprov. Akhirnya
dengan perasaan nekat sayapun memutuskan berangkat. sebenarnya acaranya ini
adalah serangkaian dari acara perjalanan panjang jelajah pegunungan ijen,
dengan tema “Belantara Ijen” yang disi dengan pameran foto, talkshow dan
acaranya keren lainnya. oleh karena itu ini kesempatan emas untuk mengenalkakan
potensi lain dari diskitar Kawasan Ijen melalui jalur tradisional yakni
Bondowoso. Akan saya awali dengan beberapa cerita perjalanan mendadak yang
banyak menyita waktu, tenaga , pikiran dan biaya.
Masih
di hari Rabu, saya ditelpon oleh salah satu narahubung acara belanatara ijen,
dia meminta kepada saya untuk membawa kopi untuk di display pada acara tersebut, dengan keadaan stok kopi di tempat
pemasaran dalam keadaan offer stok,
dan saya terdesak untuk berangkat hari kamisnya, tetapi saya menolak agar
diundur Karena stok kopi sudah habis, akhirnya saya memutuskan mengambil kopi
di petani, agar bisa memenuhi permintaan mereka. akhirnya kamis pagi saya
berangkat untuk mengambil kopi di Petani tetapi baru ketemu petani sekitar Jam
2 Siang, dengan dikejar waktu akhirnya ambil kopi dengan menelan biaya yang
cukup tinggi dan itupun masih membawa kopi rakyat dengan hutang dulu. Akhirnya
diberikan dan dengan waktu yang terkejar karena harus berangkat Jum’at pagi.
Dengan keadaan itu saya mencoba tenang agar tidak terjadi hal-hal yang tidak di
inginkan, mengingat perjalanan Bondowoso-Jember dengan keadaan tenaga sudah
mulai tersita dan membawa kopi ke Jember untuk di packing, hingga packingnya
memakan waktu hingga larut malam sekitar jam 01;00, karena hari itu bertepatnya juga dengan salah satu ulang tahun
sahabat saya , akhirnya jam satu nyamperin dia dikosan tetapi dia tidak ada,
akhirnya balik lagi ke tempat packing. Sekitar jam 02;30, saya mulai terlelap
karena besok paginya harus berangkat pagi. Akhirnya sudah beres semua untuk
berangkat keesokan harinya.
Jam dinding menunjukkan Jam 4.30 pagi, mata sudah
terbangun dengan persiapan kopi yang di pakcing rapi dengan kardus dan dengan
rasa lelah 1 hari penuh dengan tenaga yang tersisa, saya bangkit untuk
berangkat ke Jakarta. Perjalanan kereta Jember-Jakarta
tidak ada, saya transit kereta di
Purwakarta menuju stasiun Pasar senen. Sesampainya di stasiun pasar senen,
dengan barang bawaan cukup banyak. Seperti orang mau mudik. Saya di jemput oleh
salah satu calon anggota baru Mapala UI saat itu, yaitu Ghazi. Saya dijemput ke
stasiun pasar senen dengan teman-teman kosnya, yang saya ingat saat itu nama temannya
adalah Anis dan Abdul selebihnya saya lupa. Dengan keadaan Jakarta dan Depok
malam hari yang terasa masih pukul sebelas malam kalau di Jember, saya di bawa
menginap di kosannya Ghazi dan di kamarnya Anies sebagai tempat istirahat malam
itu. Setelah itu pagi harinya saya di bawa ke skretariat MAPALA UI, terlebih
dahulu.
Skretariat Mapala UI ini berada di sekitar danau yang
memisah antara Fakultas Sastra dan Fakultas MIPA UI, yang dihubungkan dengan
jembatan besi. berada di Pusat Kegiatan Mahasiswa (PUSGIWA). Skretariat ini
juga penuh dengan alat-alat yang berkaitan dengan Kepecinta alaman. Dari buku tua
sampai alat untuk mendaki yang melegenda juga berada disana. Kalau mau disebut
museum pendaki Indonesia cukup mewakililah. Yang membuat saya kaget waktu itu,
pertama kali masuk kes skretariat Mapala UI melihat gambar yang cukup besar menghias
dindingnya, setelah saya lihat dan baca quotesnya, ternyata digambar itu adalah
Soe Hok Gie, dia alumni Fakultas Sastra UI dan merupakan salah satu orang yang
mendirikan Mapala UI. Dia adalah seorang aktivis yang selalu mengkritisi
pemerintah pada eranya. Dia adalah seorang tokoh pergerakan yang sangat
nasionalis. Hingga saat ini nama Gie, masih melekat namanya di teman-teman
aktivis. Gie meninggal dunia di puncak semeru dengan berbagai cerita.
Lebih
lengkapnya bisa baca sosok gie di Internet dan buku-buku, salah satunya
terbitan TEMPO Edisi tokoh.
Diskertatariat itu saya berjumpa dengan salah satu putra daerah dari Jember namanya Firman. Dan saya sedikit berdiskusi tentang Jember dengan dia, menggunakan bahasa Madura dan menjadi pusat perhatian teman-teman disana. Dan saya juga berjumpa dengan putra daerah dari Lumajang, lupa namanya. Tetapi tidak begitu banyak diskusi dengan dia. diskertariat saya lanjut ke Aula Apung untuk menyampaikan misi, memperkenalkan potensi wisata dan potensi lainnya di kawasan lereng Ijen.
Sumber : www.goodreads.com
Diskertatariat itu saya berjumpa dengan salah satu putra daerah dari Jember namanya Firman. Dan saya sedikit berdiskusi tentang Jember dengan dia, menggunakan bahasa Madura dan menjadi pusat perhatian teman-teman disana. Dan saya juga berjumpa dengan putra daerah dari Lumajang, lupa namanya. Tetapi tidak begitu banyak diskusi dengan dia. diskertariat saya lanjut ke Aula Apung untuk menyampaikan misi, memperkenalkan potensi wisata dan potensi lainnya di kawasan lereng Ijen.
Tunggu cerita saya selanjutnya