SARJANA TUA : Almamater Tercecer Di Ruang Busuk
Mas Holidi
11:24:00 PM
0
Menjadi sarjana dambaan anak-anak desa yang ingin merubah
jalan hidupnya lebih baik (katanya), begitupun saya sebagai anak desa yang
ingin merubah mindset , perilaku bahkan ekonomi keluarga di masa yang akan datang.
Meskipun dulu keinginan menjadi Tentara Nasional Indonesia dengan
prestise yang didambakan oleh anak-anak desa dimasa itu, menginginkan punya tambang dan penguasaan
lahan seperti Jendral-jendral di Ibukota sana. Beruntungnya, meskipun tidak menjadi
TNI akan tetapi saya memiliki harapan besar menjadi seorang sarjana Sosial
lebih tepatnya Sosiolog bidang lingkungan dan bencana, meskipun perjalanan
berliku selama perjalanan yang saya lalui selama ini di dunia akademisi.
Tepat pada tanggal 26 Januari 2020, saya dinyatakan lulus
dengan wisuda pertama sampai saat ini. perjalanan berdarah-darah menuju wisuda
menjadi kenangan tersendiri selama menempuh strata satu di kampus, dengan lama studi 7 Tahun 3 Bulan 28 hari hampir dua periode penuh menemani rektor saya.
Perjalanan ini memang sangat melelahkan tapi menjadi kenangan indah yang
mungkin tidak terulang dalam catur kehidupan saya. Almamater yang saya rasakan
lusuh saat wisuda menjadi bukti bahwa telah lama tercecer diruang busuk
perpolitikan kampus, yang membuat saya merasa bahwa ilmu yang didapat dibangku
kuliah itu hanya 30 persen, sisanya mendapatkan di sudut-sudut ruang hampa
kehidupan luar kampus dan entitas yang penuh makna di segala pelosok-pelosok bersamai mereka yang katanya
tidak berpendidikan.
Ruang-ruang dikampus mungkin sangatlah menjunjung tinggi
akademik dan sering dibilang kalau setiap akademisi itu agent perubahan,
nyatanya tidak begitu juga. Kegelisahan yang saya rasakan ketika berada di
dalam kampus dan dipisah jarak antara mereka yang butuh akan pendidikan, dibatasi pagar betis akademik dan menjadi kesombongan diri ketika baru menjadi
mahasiswa membuat saya menyebutnya ruang busuk yang penuh dengan kehampaan.
Seiring berjalannya waktu, saya juga belajar pada masyarakat yang katanya tidak
berpendidikan menjadikan almamater itu
tercecer diruang busuk hingga lama.
"Terima Kasih Ruang Entitas, Menjadikan Lebih Bijak Dalam Berpijak"
Tapi, saya tidak akan terlalu mengutuk ruang-ruang itu,
sedikit banyak juga membuat perubahan di hidup saya salah satunya membuat
tulisan ini. tetapi saya juga tidak melupakan ucapan terima kasih ruang-ruang
entitas yang telah menjadikan lebih bijak dalam berpijak. terima kasih para
manusia-manusia yang telah peduli dengan kehidupan manusia lainnya, sehingga
membuatku berkaca kepada anda, bahwa bukan hanya gelar yang menjadi kebanggaan
akan tetapi kebermanfaatan terhadap manusia lainnya yang menjadi catatan
dihadapan pemilik semesta. Selamat di wisuda dan sampai jumpa kehidupan yang
penuh ketidakpastian di masa akan datang. Semoga engkau menjalani dengan
kemerdekaan!
"Baca Juga; Sarjana Gagal, Gagal Sarjana, atau Pengangguran Bergelar"