Rabu, 05 Desember 2018

Gagal sarjana , Sarjana Gagal, atau Pengangguran Bergelar


Disalahsatu sudut kampus terdapat perkumpulan anak muda yang sedang menunggu Dosen Pembimbing, mereka duduknya cukup jauh dari ruang tunggu dosen depan Kantor Jurusan, bukan tanpa alasan meraka duduknya cukup jauh, mereka merasa aman jika duduk dikejauhan karena kursi ruang tunggu di depan Kajur Sudah dipenuhi adek-adek mereka dan setidaknya mereka tidak ketahuanlah kalau mereka semester tua, Alias mahasiswa abadi. Dikursi itu mereka mendiskusikan semester yang sudah berada ujung tanduk dan tuntutan untuk segera menyelesaikan tanggung jawab yang membuat mereka galau. Terkadang diantara mereka juga tertawa lepas, ketika berkumpul karena menertawakan diri mereka masing-masing dan bahkan diantara mereka menertawakan masa lalu yang cukup pesimis untuk lulus, tetapi malah lulus duluan. kalau aku gambarkan perbincangan mereka kurang lebih seperti ini. Simak baik-baik mungkin diantara kalian pernah merasakan hal yang sama.

Arip : Hallo kek, ngapain kalian disini? (Tanya Arip)
Mereka : yo ngenteni Dosenlah (nunggu Dosenlah). Kon lapo rene, mak cek Tumbennya ( timpal Su’udi dengan logat jemberannya)
Arip : aku yo Golek dosen pisan, jaluk tanda tangan Bendel skripsi iki.
Adit : mak megaya kon, wes mari kabeh tah, arep nang ndi kon ( kok gaya kamu, memang sudah selesai semua, mau keman kamu).
Su’udi ; Iyo arep nang ndi arek iki, jhare dulur kok ra bareng luluse (iya mau kemana nak ini, katanya saudara tapi lulusnya kok duluan) timpal  Su’udi.
Arip ; Mboh pisan rek, koyok’e marine aku iki lulus yo golek kerjo ngunu rek, ngebbe’I antrian penggangguran bergelar. (gak tahu juga ya bro, paling ya cari kerja gitu, memperpanjang antrian pengangguran bertitel sarjana). Hehehe
Adit dan Su’udi ; hahahahhahahahahahahhaa (mereka tertawa lepas dengan jawabn Arip, padahal mereka berdua juga belum lulus, jangankan lulus BAB 4 saja sudah hampir satu semester mereka lewati).
Arip ; Ojok nguyu, engko lek di takoni kalian jawabe ngunu pisan.( jangan ketawa nanti kalau ditanya jawabnya kalian juga begitu.

Stsssssssssssssssstttttttttttt ( Tiba-tiba Mata mereka tertuju pada Mahasiswi adek angkatan, lalu adik tingkat itu tanya)

Mirna ; Assalamu'alaikum mas-mas, ngapain mas- mas ini masih disini, bukan seharusnya sudah lulus ya?
Arip :  Mampus Kalian (Bisik dalam Hati Arip).
Adit :  Kalau Masalah Lulus urusan belakang dek, yang penting itu pekerjaan. Biar tidak bingung setelah lulus, kamu sudah mau lulus juga ternyata.
Mirna ; Iya dong, emang mas-mas ini. pada males ngerjakan skripsi.
Adit ; Jangan salah dek, mas sekarang pengusaha. Ijazah itu nomer sekian tetapi ilmunya yang mas perlukan. Tetapi untuk melengkapi administrasikan harus punya ijazah baru dikatakan sarjana. Sebenarnya kalau diluar negeri aku ini sudah sarjanaloh. Mau nikahin kamu sekarang, mas itu mampuloh dek. Hahahaha
Mirna ; Gak ah, meskipun pengusaha tapi bukan sarjana. Kan ortuku pengen menantu minimal sarjana  strata 2. (sambil melenggokan kepalanya, beri isyarat sombong).
Adit : Meskipun sarjana Strata 2 tapi  tak tahu sama lingkungan dan tetangganya apa gunanya dek, kan iya Di (meyakinkan dengan melibatkan Su’udi dalam perbincangan mereka).
Su’udi ; Iya betul itu dek. Kalau aku sih dek sudah lulus secara keilmuan, Cuma secara administrasi aku belum lulus. (Dengan nada membenarkan dan membela harga diri mahasiswa tua)
Mirna : Kok begitu mas.?
Su’udi ; Iya dek, aku sudah bisa memberdayakan masyarakat sekitarku dengan cara pembuatan kripik yang aku kemas dan menjadi merk serta oleh-oleh khas dari Desaku. Aku sudah membuat Tempat belajar buat anak-anak kurang mampu dilingkunganku. Dan membantu memajukan desa sebelah dengan pembinaan pariwisatanya. Lah kalau aku kuliahnya diluar negeri mungkin aku diluluskan administrasi juga dek. Seperti yang baru-baru ini terjadi pada Bayu Skak, yang lulus karena karya  membuat film bukan hasil depan kursi dan debat teori tetek bengik itu. Aku punya prinsip dek, mending aku tidak menjadi sarjana daripada aku menajdi sarjana yang gagal. Gagal mencerdaskan sesamaku di Desa, gagal menjadikan lingkunganku sejahtera dan gagal dalam menjadi role model di Desaku dek. Tapi, aku saranin ya, kamu jangan niru kita, cepetan lulus kamu, UKTmu mahalkan? Hahaha (dengan Sombongnnya dia membeberkan prestasi non-akademiknya, padahal sudah semeter tua)
Arip ; iyo dek, pokok’e ojok niru mereka berdua dek.  Mereka mahasiwa tua yang Gendeng dek. Hehehe
Mirna ; owalah begitu ya mas, iyo mas UKTku larang yoo. Yo wes ndang lulus mas. Selak diputus mbek pacare lan selak ditinggal Rabi mbek calone. Lah iyo mas, kabare mas Tiyo itu gimana mas, soale ditanya Pak Nuha terus yo mas, kan satu bimbingan karo aku mas.?
Arip ; sopo dek, Tiyo koncoku iku {iyo koncone samean “sahut mirna}. Tiyo itu sudah bilang berhenti dek, kan anaknya sudah besar, lagian sekarang dia sudah memiliki usaha ternak lele, rental PS dan Jual ikan segar di pasar kota Sigrea. Ya dia juga bilang kalau dia gagal sarjana tapi sakti mandraguna dalam mencari uang kata dia.
Mirna ; lah lek mbak Yuni iku mas?
Adit ; Aku yang jawab ya dek, kalau Yuni itukan sudah lulus pas semester delapan.
Mirna ; Mosok mas? Dia dikelas pasif gitu, Cuma nunut ae, ya iyo ngunu perasaane aku delok wonge.
Adit ; Iyo iku dek, yo mungkin wes rejekine dan kerja kerasnya beda, tapi dia jaringannya kan terbatas. Organisasi ya tidak ikut, kampus kosan kampus warung paling itu rutinitasnya Cuma dek, wajarlah dia lulus duluan dan nilai memuaskan.  Tapi entah ijazahnya jadi apa, kabar kemarin dia masih nganggur sudah tiga tahun. Sampai nangis kata sahabatnya minta dicarikan pekerjaan, karena malu katanya.
Mirna ;  lek sing sahabate samena iku mas Arip, mas Angga iku, ndi saiki mas?
Arip : Angga iku, wes meh mari dek, tapi kemarin itu dia diputus sama pacarnya gara-gara dia gak lulus-lulus dan pacarnya dapet kenalan lagi temen Kerjanya. Dia kemarin cerita kalau dia diputus saat H-3 wisuda mantanya itu. dia udah beli hadiah dan udah nemenin mantannya penelitian sampai dia melupakan punya dia sendiri bahkan dia rela bantuin masuk kelas ngajar objek penelitian dan nganterin untuk keperluan penelitian mantannya itu. dan dia juga cerita katanya orangtuanya gak suka sama keturunan Madura, Anngga kan ada keturunan Maduranya dek. Ya Tiga tahun lebih dia dimanfaatin sama mantannya itu. kasian sama dia aku dek. Ealah malah curhatin Angga!
Mirna : yah kasian ya mas, padahal mas angga itu gak macem-macem ya orangnya. Ya udah mas, dosen pembibingku wes teko iku mas. Makasih ya mas-mas keren… Semangat yaa.. mas-mas
Arip, Adit dan Su,udi : Oke dek, sama-sama.
Su’udi : ayo muleh wes, koyo’e Dosene gak kiro teko iki.
         Tadi itu gambaran obrolan mereka para penghuni kampus terakhir, disemeseter yang sudah berada diujung tanduk mereka selalu mencari pembenaran. Tetapi dalam diri mereka selalu memiliki prinsip yang harus mereka perjuangkan. Seperti contoh Tiyo teman mereka yang sadar kalau Gagal sarjana tetapi sakti mandraguna mencari uang. Ada juga yang takut menjadi sarjana gagal,  dengan prinsipnya memiliki karya sebelum menjadi seorang sarjana dan memilih menjadi relawan di banyak tempat. Ada juga Yuni yang lulus lebih awal, tetapi sampai 3 tahun belum memiliki pekerjaan sehingga menjadi penggangguran bergelar. ijazah itu membuktikan bahwa dia pernah kuliah, tetapi belum tentu dia pernah berfikir. Ada juga Angga yang ditinggal karena tidak lulus-lulus karena membela kelulusan pacarnya, perbedaan suku dan kasta keluarga. Dan ada juga yang berprinsip menjadi pengusaha sukses dulu baru lulus agar tidak bingung mencari pekerjaan tetapi menciptkan pekerjaan.

Ijazah itu bukti bahwa dia pernah kuliah, tetapi belum tentu dia pernah berfikir

       Mungkin itu sebuah gambaran mahasiswa semester akhir yang terjadi di jaman sekarang, atau peranah terjadi dizaman lampau tetapi beda cerita. Mereka memiliki prinsip sendir-sendiri dalam berjuang menjadi sarjana. Tetapi jangan sampai gagal sarjana, serjana gagal bahkan menjadi pengangguran bergelar. Tidak usah gengsi dengan gelarmu untuk melakukan semua pekerjaan, dan jangan jadi sarjana gagal karena akan membebeni belanja Negara.  Aku Do’akan semua mahasiswa yang berada diujung tanduk agar segera selesai semuanya dan segera rampung segala beban skripsinya. Menunda skripsi sama dengan menunda resepsi hahaha. Mohon do’anya juga ya rek.. Btw aku juga belum lulus nih.

Comments
2 Comments

2 komentar:

Vivta lusiana mengatakan...

Bagus,,,suka nih curhatannya,, menginspirasi

Mas Holidi mengatakan...

terima kasih vivta... sudah baca blogku