Rabu, 31 Agustus 2016

Kampoeng Batja, Oase Literasi di Tengah Teriknya Kota Karnaval

10:37:00 PM 0
Selamat datang di Jember.

Jember merupakan salah satu kota kecil yang hiruk pikuk. Terkenal akan JFC-nya (Jember Fashion Carnival) yang mendunia, telah menjadikan kota ini berkembang secara drastis. Banyak gedung dan bangunan megah didirikan. Maka jangan heran apabila keringat bercucuran karena matahari yang bersinar sangat terik. Namun, di balik teriknya matahari, terdapat sebuah oase yang menyejukkan jiwa. Oase berupa bacaan yang menyejukkan di tempat yang meneduhkan hati. Tempat apakah itu?
 
Kampoeng Batja (dok. pribadi)



Selamat datang di “Kampoeng Batja”
Adanya kampoeng batja merupakan kabar baik untuk Indonesia.  Di balik mirisnya pergaulan generasi millennium yang jarang meluangkan waktunya untuk membaca buku, ternyata terdapat sebuah inovasi daerah yang menyumbang perbaikan untuk generasi emas Indonesia. Melalui buku, mereka bersama-sama akan menggebrak dunia. 

Kampoeng Batja merupakan istilah unik. Lokasinya memang di sebuah perkampungan, yaitu kampung Kreongan, lebih tepatnya di Jalan Nusa Indah VI-7 Jember. Untuk menuju lokasi, pengunjung harus menyusuri gang sempit dan berkelok. Ditempuh dengan berjalan kaki selama 15 menit, maka akan sampailah di tempat yang dengan bangga kita sebut oase.

Awal mula menyusuri gang menuju oase literasi (dok. pribadi)
Menyusuri jalanan berkelok (dok. pribadi)
Telah sampai di pintu gerbang (dok. pribadi)
Mengisi buku tamu (dok. pribadi)
Kita akan disuguhi dengan tempat yang teduh, pepohonan yang rindang, dan manisnya buku-buku yang tertata rapi di rak buku. Terdengar pula suara riuh rendah anak-anak yang bermain dan tertawa sambil memegang bukunya. Sejuknya suasana Kampoeng Batja, sungguh mampu melepas penat dan menghilangkan segala gundah.
Membaca buku di tempat yang nyaman (dok. pribadi)
Kampoeng batja merupakan taman baca yang dirancang menyerupai kebun yang asri, dengan dilengkapi perpustakaan mini yang kaya akan buku berkualitas dan tepat sasaran. Didirikan di atas lahan seluas 450 meter persegi, tersedia beragam sarana dan prasarana, seperti perpustakaan kecil, koleksi utama, pojok baca, gazebo, pondok, saung, rumah pohon, dsb. Juga terdapat wisma tamu berupa pondok kecil yang akan mengingatkan kita pada suasana desa.
Salah satu sudut sebagai tempat koleksi (dok. pribadi)

Sejuknya kampoeng batja, tak lepas dari adanya pepohonan dan tanaman yang menyejukkan mata. Terdapat ragam jenis pepohonan, antara lain manga, nangka, durian, jati emas, kesemek, mundu, tin, kayu manis, kemundung, aren, sawo kecik, jeruk bali, dan kersen. Tidak hanya itu, di salah satu pondok juga terdapat koleksi gerabah berbagai bentuk dan ukuran. Gerabah tersebut merupakan buah tangan dari pengunjung serta koleksi pemiliknya. Hmm, siapakah pemiliknya?

Pondok gerabah (dok. pribadi)
Kung Iman, Pemiliknya
Nama aslinya adalah Iman Suligi. Kung Iman, begitulah kami terbiasa memanggilnya. Sapaan hangat untuk seorang kakek tua dengan tubuh segar bugar. Keriput di wajahnya berbanding terbalik dengan lincahnya ia berbicara, berpendapat, dan bercerita. Senyuman dan tawa yang menghiasi wajahnya, seakan melupakan usianya yang telah renta.

Kung Iman yang ramah (dok. pribadi)
Kung Iman adalah seorang pensiunan guru seni rupa di SMK. Ia mendirikan Kampoeng Batja bersama istri tercintanya, Gigih Rachmawati. Kampoeng Batja merupakan mimpinya sejak kecil. Ia cicil sesanggupnya, semampunya, perlahan tapi pasti.

Sejak kecil, Kung Iman sangat dekat dengan dunia literasi. Ayahnya yang sering membawa koran dan majalah selepas pulang kerja, membuat Iman kecil tertarik dan menyempatkannya membaca. Melahapnya setiap hari sehingga tumbuh kebiasaan membaca.

Kesempatan lain datang ketika ia duduk di bangku sekolah dan perkuliahan. Ia mendapat kesempatan untuk menjadi pustakawan, yaitu mengelola perpustakaan. Ia mencintai dengan tulus setiap inci lembar buku yang ia pegang setiap hari.

Ngobrol santai dengan Kung Iman (dok. pribadi)
Keseriusannya semakin membumbung tinggi tatkala ia telah purna dari tugasnya. Ia mempunyai banyak waktu untuk mewujudkan cita-citanya, yaitu mendirikan Kampoeng Batja. Dengan uang pensiunannya, dia mencicil sejengkal demi sejengkal setiap ruangan yang ia desain semenarik mungkin.

Pada awalnya, Kung Iman menggali dana secara mandiri, dengan penghasilan uang pensiunannya sebagai guru. Namun beberapa lama kemudian, para simpatisan dan pegiat literasi berdatangan untuk menyumbang buku dan materi lainnya guna memperkaya koleksi Kampoeng Batja. Relawan juga datang untuk menyumbangkan jasa dan ide dalam rangka mengembangkan Kampoeng Batja.

Wisata Literasi
Kampoeng Batja merupakan wisata literasi yang sering didatangi pengunjung dari ragam usia. Sering sekali anak-anak PAUD dan TK berkunjung dan berwisata ke Kampoeng Batja. Selain mendapat kenyamanan dan suasana yang berbeda, yaitu khas desa, anak-anak juga akan dijejali dengan pemandangan buku-buku manis yang wajib untuk disentuh, dibuka, dibaca, lalu diceritakan kepada teman-temannya.

Susunan buku-buku manis di rak (dok. pribadi)
Para remaja, mulai dari tingkat SMP, SMA dan Universitas, seringkali datang ke Kampoeng Batja untuk diskusi, membaca buku, pinjam buku, bahkan untuk sekedar melepas penat dari hiruk pikuk kesibukan di kota. Tak jarang para orang tua datang untuk mengajak anaknya lebih gemar membaca buku dan mencintai buku dengan cara datang ke Kampoeng Batja yang telah berhasil menyulap perpustakaan menjadi taman baca yang menyenangkan.

Gol A Gong (ketua forum TBM), Mardi Luhung (penyair dari Gresik), Katrine May Hansen (penyair dari Denmark), dan masih banyak lainnya, seringkali datang ke Kampoeng Batja. Mereka datang untuk berbagi inspirasi dan motivasi kepada para pegiat literasi di Jember. Maka dari itu, Kampoeng Batja jarang sekali sepi pengunjung, setiap hari selalu ada sapaan hangat yang terdengar dari serambi kebun mereka.

Wakaf Buku dan Sudut Baca
Menularkan virus membaca tak cukup dengan membuka taman baca lalu menunggu para pengunjung datang. Melainkan perlu adanya akses dan mengetuk pintu hati masyarakat untuk tergerak turun langsung mengentaskan pendidikan bersama. Salah satu caranya adalah dengan mengajak masyarakat untuk meawakafkan buku mereka. Tentunya buku terbaik dan buku berkualitas, karena ilmunya akan bermanfaat sepanjang masa.

Virus membaca itupun, juga tak cukup apabila berdiam diri di tempat. Perlu didirikan perwujudan Kampoeng Batja kecil di beragam tempat, yang kini telah ada dan diberi nama Sudut Baca. Pada sudut baca, terdapat rak buku, rak buku gantung, karpet, backdrop dan sejumlah buku untuk menjadi bagian dari ruangan yang bermanfaat.
Gerakan Satu Sudut Baca Tiap Bulan 
Sumber : Kung Iman
Beragam Penghargaan Untuk Kampoeng Batja
Keseriusan Kampoeng Batja dalam mengelola buku dan perpustakaan, menjadikannya untuk mendapatkan penghargaan dari Bupati Jember berupa Anugerah Jember Bangkit saat memperingati Hari Pendidikan Nasional beberapa waktu yang lalu. 

Selain itu, 2 tahun yang lalu Kampoeng Batja juga mendapatkan penghargaan dari M. Nuh selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan berupa Anugerah Taman Baca Masyarakat Kreatif dan Rekreatif tingkat Nasional pada Hari Aksara.  Pada tahun yang sama, ia juga menerima Anugerah Aksara pada puncak peringatan ke-49 Hari Aksara Internasional di Kendar.

Sekilas penghargaan untuk Kung Iman (dok. pribadi)
Tentunya masih banyak penghargaan-penghargaan lain yang diberikan oleh para pegiat literasi terhadap kabar baik hadirnya Kampoeng Batja. Mereka sangat antusias dengan adanya oase literasi di tengah teriknya teknologi digital yang mulai mengikis otak dan mental para generasi muda.

Selalu Mengudara dan Menyapa di Dunia Maya
Seiring berkembangnya teknologi digital yang serba berada di genggaman, tentunya menjadi salah satu akses untuk menyapa para pegiat literasi di dunia maya. Tidak hanya menyapa para pegiat literasi saja, juga tentunya menyapa anak-anak dan remaja untuk menggelorakan semangat membaca di waktu luang. 

Keseriusannya menyapa di dunia maya, terbukti dengan adanya 7 grup facebook yang ia kelola, tentunya berkaitan dengan literasi, antara lain Kampoeng Batja on Air, Taman Putra, Poetry Postcard, Museum Literasi, Berbagi Dongeng, Ketika Anak Bertanya, dan It Takes a Village to Raise a Child.
Selain itu, Kampoeng Batja selalu mengudara untuk menggemakan dan menularkan giat membaca melalui radio Pro-1 RRI Jember. Mereka menyapa melalui suaranya setiap Jumat pukul 10.00-11.00. Para pendengar radio juga dapat berinteraksi dengan Kung Iman melalui radio.

Mari Gerilya Membaca
Milan Kundera, seorang novelis asal Ceko mengatakan bahwa “Jika ingin menghancurkan sebuah bangsa dan peradaban, hancurkan buku-bukunya, maka pastilah bangsa itu akan mati”. Pepatah tersebut bermakna mendalam untuk Indonesia, khususnya generasi Indonesia, bahwa kita harus rajin membaca serta mencintai buku-buku kita untuk turut serta membawa Indonesia dalam masa kejayaan.

Mari kita bersama-sama untuk tetap menjaga buku kita. Sediakan tempat untuk koleksi buku di sudut rumah kita. Ajak keluarga, sanak saudara dan kerabat untuk meluangkan waktunya membaca buku. Walaupun hanya satu lembar, niscaya faedahnya seluas samudra.
Bersama orang hebat (dok. pribadi)

Artikel ini diikutsertakan pada Kompetisi Menulis Blog Inovasi Daerahku - https://www.goodnewsfromindonesia.id/competition/inovasidaerahku

Jumat, 19 Agustus 2016

MENGISI KEMERDEKAAN NKRI YANG KE-71

7:10:00 AM 0
 Selamat pagi para Jamaah bloger, hari ini saya dan beberapa sahabat koerawa sekaligus swayanakers, mau melakukan perjalanan ke Kawah Wurung, tujuan kita kesana apa dan seperti apa ceritanya mari kita simak bersama-sama kisahnya.

MENGISI KEMERDEKAAN NKRI YANG KE-71
Setiap 17 Agustus Indonesia merayakan kemerdekaanya.  17 Agustus 1945, Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya yang dibacakan oleh Ir.soekarno dan didampingi  Mohammad Hatta, setalah itu mereka diangkat menjadi presiden dan wakil presiden pertama. Indonesia merdeka dengan mandiri, bukan merdeka karena di beri seperti bangsa lain. Sebenarnya kemerdekaan Indonesia pada tanggal itu desakan dari golongan muda kepada golongan tua. Para pahlawan melakukan perlawanan saat itu angkat senjata dan menaruhkan jiwa raganya untuk NKRI, setalah kita menang  dari kolonialisme, justru diantara para pahlawan ada yang tidak merasakan kemenangan itu karena mereka gugur  terlebih dahulu. Untuk mengenang sejarah saya juga lampirankan teks foto teks proklamasi dibawah ini.

                Hari ini 17 Agustus 2016 Indonesia merayakan kemerdekaannya yang ke 71th. Pada hari ini banyak terulang sejarah  kemerdekaan yang kita rasakan saat ini, proklamasi yang dibacakan oleh ir. Sokarno. sejarah terbebasnya kita dari jajahan  kolonialisme, mengibarkan bendera merah putih tanpa tumpah darah. Dan kita mengisi  kemerdakaan saat ini dengan berbeda. Kita sebagai warga negara Indonesia juga ingin merayakan kemerdekaan Indonesia pada tahun ini. berbeda pada tahun sebelumnya kita merayakan  kemerdekaan Indonesia yang Ke 70th  di Kawah Ilalang bersama teman-teman komunitas RMB (Relawa Muda Bondowoso) beserta beberapa teaman saya dari swayanakers.  Perjalanan yang cukup jauh menuju puncak gunung di sekitar kawah ilalang tersebut. tetapi berbeda dengan kmerdekaan yang ke 71 ini kita melaksanakan upacara bendera di kawah Wurung yakni kawah yang lagi ngehits di Kabupaten Bondowoso.
Perjalanan ke Kawah wurung


Seperti tahun sebelumnyakita rencana mau berangkat ke kawah wurung sore, sehari sebelum perayaan kemerdekaan. Rencana awal seperti itu, karena saya sudah mendapat informasi dari Kadispar Bondowoso untuk mengikuti upacara bendera disana dan memiliki rencana nge-camp disana, pagi harinya sebelum berangkat itu saya masih disibukkan dengan beberapa hal dan akhirnya saya dan teman-temana berangkat sore hari ternyata sore harinya masih belum jadi berangkat karean kendala dari teman yang hanya Tanya mulu hehehe ya sabarlah. Akhirnya kita berangkat ke kawah wurung sekitar jam 20:00 setelah itu mampir ke ruamah saya, dan sesampainya dirumah, orang rumah pada tidak ada, kita ngopi sebentar dirumah dan akhirnya kita berangkat ke posko KKN teman kita dan kita sudah mulai capaek, akhirnya kita istirahat malam ini diposko KKN teman kita, Yah ndak jadi dah nge-camp padahal kita pengen liat bintang malam kemerdekaan di kaeah wurung. Dan akghirnya kita berangkat pagi ke kawah wurung dari posko teman kita, dengan perut yang masih kosong kita sambil melihat kanan kiri kita mungkin ada warung makan, mkita menuju warung kmakan yang katnya enak dan murah sesampainya di warung tersebut ternyata warungnya tutup, kita lanjutkan bergegas ke kawah wurung, rencana tak ajak makan dirumah ibu disekitar kawah wurung karena ibu tidak ada, kita nambah tancap gas ke kawah wurung, sesampainya di pos tiket kita ditanyakan mau kemana kita bilang kalau undangan dari dispar, kita masuk dengan perut kosong berharap  ada konsumsi setelah upacara,  ternyata tidak ada konsumsi, kita belum terdata undangan.





Tetapi dengan perut kosong kita tetap khidmat merenungi kemerdekaan bersama beberapa orang yang tidak terdata sebagai undangan, karena kita meraykan kemerdekaan ini pertama kali di sebuah kawah yang tidak jadi itu sepertinya banyak hal yang misskom dari pengibaran bendera raksasa dan tekniks lainnya, tidak apalah yang penting kita sudah merasakan ensensi dari kemerdekaan.



Setelah itu kita memutuskan untuk lanjutkan perjalanan ke Guest House yang suasananya seperti di eropa. Sesampainya disana kita langsung menuju rumah salahseorang saudara teman kita Alhamdulillah disana kita bisa merasakan merdeka dari perut yang lapar. Etelah itu kita pergi ke guest house, sesampainya disana kita bisa merasakan suasana seperti di Eropa. Dan mengingatkan kita pada noni-noni Belanda.



Sekitar jam 13 kita bergegas untuk melanjutkan pulang ke Jember, karena badan seperti kuarang vit, kita istirahat sekitar 2 jam dimasjid kecamatan sempol dan sekalian kita sholat ashar disana, sekitar jam 5 kita langsung pulang nah, dengan perjalanan yang melalahkan tadi kita masih istirahat lagi ke Desa Kerang, silaturahmi klesana itung_itung sekalian ngopi  gratis dirumah pak kades. Setelah itu kita lanjutkan pulang dan  sampai dirumah kita merdeka dari makan mi instan, karena seharian penuh kita hanya makan mi indstan, akhirnya sesampainya dirunah kita makan nasi Merah putih (nasi jagung) semuanya sudah kenyang dan capek sudah terasa kahirnya kita beristirahat ria.