Rabu, 16 Mei 2018

Pemilik Rahim

1:08:00 PM 2

Pemilik rahim itu menagis
Menangis karena air hina yang pernah singgah di rahimnya
Air hina itupun tumbuh menjadi daging keras
Bahkan sekeras Batuan Karst
Pemilik rahim itu menangis 
Menangis bukan karena kerasnya airhina yang menjelma itu
Tetapi, menagis karena daging yang ia harapkan pernah bersanding dengan daging lembut
Iya, daging lembut yang hampir membusuk itu.
Pemilik rahim itu menangis
Karena, aroma tak sedap dari daging lembut itu
Daging lembut yang selama ini disangka akan menjadi pelembut daging keras yang pernah singgah dirahimnya
Daging lembut itu telah diangkat menjadi darah dagingnya sendiri.
Karena, prasangka baik pemilik rahim yang menangis.
Pemilik rahimpun gelisah
Gelisah daging keras itu tidak seperti dahulu
Tak sepeti karst menghadapi hidupnya
Karst yang dididik oleh kehidupan
Karst yang menjelma dari daging keras itu mulai tangguh karena daging lembut yang hampir membusuk.
Pemilik rahimpun seakan ikut tangguh
Setelah melihat karst yang masih berdirik tegak di tengah kemarau
Kemarau yang melanda tiga tahun lamanya.
Selamat pagi, pemilik rahim

Jember, 13 April 2018

Sabtu, 12 Mei 2018

Perjalanan Panjang Pegunungan Ijen Bondowoso MAPALA UI

5:06:00 PM 0

Alam bukan  untuk ditaklukkan tetapi untuk beradaptasi dengannya. Sekitar  awal januari  2017 dunia kepencitaalaman mengalami duka dan sekaligus membuat tercoreng kegiatan Pecinta Alam karena telah terjadi sesuatu yang tidak diinginkan saat diklatsar di salah satu Universitas ternama di jogja. Tetapi hal beda ditunjukkan oleh temen Mapala UI, Di waktu yang bersamaan selang beberapa hari dari kejadian tersbut, di Bondowoso menjadi tujuan untuk diklatsar (diklat dasar ) dari sahabat sahabat Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Indonesia (MAPALA UI). Dengan memboyong calon anggota barunya untuk melakukan “jelajah Pegunungan Ijen” dengan Dipandu oleh Badan Khusus Pelantikan Mapala UI yang ke -16. 
Sebelum meninggalkan Dusun Tol-tol Timur bersama Keluarga Pak Kasun Kece

Sebagai salah satu Organisasi Mahasiswa Pecinta Alam alam tertua di Indonesia, menjadi hal yang wajib untuk dilakukan kaderisasi dan keberlanjutan sebuah organisasi. Kurang lebih  lima belas hari mereka melakukan perjalanan jauh dari UI Depok sampai lereng raung tepatnya dusun terakhir sebelum memasuki perkampungan milik PTPN dua belas yakni Dusun Tol-tol Timur yang saat ini menjadi binaan Relawan Muda Bondowoso dan Menumbuhkan Ide Book Adventure.
Ini merupakan awal saya mengenal Dulur (saudara) dari mapala UI BPKP enam belas. Sewaktu itu saya mendapatkan kabar dari salah satu group Kebencanaan Jember, bahwa akan ada pendakian panjang yang akan di lakukan dulur dulur mapala UI. Darisana saya forward info tersebut ke salah seorang teman, yang aktif mendaki gunung Raung, kebetulan juga yang akan menjadi rute pendakian ini juga gunung Raung dan Suket. Secara tidak sengaja ternyata teman saya telah mengantongi info juga dari teman briker radio lokal. Selang beberapa hari sebelum keberangkatan, dia bermain ke salah satu dusun yang menjadi entry Point yakni dusun Tol-Tol Timur, yang sebelumnya dia sudah kenal dengan kasunnya “mas Tony”, kenal sewaktu masih menjadi anggota radio amatir lokal. 
Diantara Mentor (Irvan) dan calon anggota (Pipit)

Di minggu selanjutnya, dia mengajak saya  kesana karena ada kabar, teman-teman sudah akan pindah dari tol-tol timur ke dusun jampit untuk menyambut teman-temen yang lain yang telah berada di dekat dusun jampit. Dengan mengendarai motor sendiri-sendiri kami langsung mengantarkan saudara Pipit dan ervan serta beberapa alat yang sudah dipacking dengan rapi untuk dibawa ke exit point di dusun Jampit. Sepanjang perjalanan kami melawati perkebunan kopi dusun Krepekan dan sampailah ke dusun Jampit dengan selamat serta disambut oleh teman-teman di basecom Jampit oleh Nisya Dkk. Tak lama disana kami langsung memutuskan untuk turun ke Kota, karena masih banyak kegiatan di daerah kota.
Selang beberapa hari, kita kesana lagi untuk menemui semua calon anggota baru kala itu, karena meraka akan cekout ke Depok lagi. Dengan menggunakan kereta dari Jember dan sebelum cekout mereka masih singgah di teman-teman Mahapena FEB Unej. Tak lupa kami menyempatkan diri untuk berswafoto dengan mereka dengan keadaan letih, lesu dan masih dengan keadaan dihantui salah satu kegagalan mencapai cek point. 
Swafoto dengan Peserta dan Mentor BKP 16 MAPALA UI

Selanjutnya, kegiatan mereka tidak terhenti hanya mendaki pegunungan Ijen. Tetapi mereka masih harus melewati serangkaian acara yakni mendokumentasikan kegiatan mereka selama di Bondowoso dan  mempublikasikan kepada khalayak dengan dikemas  talkshow dan pameran BKP 16.  Pada saat itu , saya hadir diundang oleh teman-teman MAPALA UI Untuk mengenalkan Potensi Lereng Ijen di Aula Apung Perpusat Universitas Indonesia. Yang sekaligus memepertemukan saya dengan orang-orang hebat yang berkiprah di dunianya masing-masing dengan karya-karya luar biasa. Harapan besar dengan hadirnya teman-teman dan hadirnya saya ke UI bisa sharing pengetahuan untuk kemaslahatan masyarkat Bondowoso di Pelosok seperti dususn Tol-tol Timur dan masyarakat Bondowoso secara umum. Karena dengan hadirnya mereka diharapkan, ada multi efek untuk kesejahteraan masyarakat Bondowoso.

Kamis, 03 Mei 2018

Siapkah menjadi Pemuda Pelopor 2018

2:24:00 PM 0

                Hari Kamis 26 April 2018, bertempat di gedung olahraga Pelita Bondowoso, kami 54 pemuda Bondowoso mengikuti ajang pemilihan pemuda pelopor 2018 kabupaen Bondowoso. Pemilihan ini di mulai dari seleksi berkas dari tanggal 18-20 April dan seleksi tulis pada tanggal 21 April 2018 serta seleksi wawancara di lakukan pada hari minggu tanggal 22 april 2018. Kami dari 54 peserta di seleksi secara ketat untuk di pilih mewakili kabupaten Bondowoso ketingkat propinsi  yang akan dilaksanakan pada tanggal 08 Mei 2018, kami dipilih tiga pemuda untuk mewakili setiap bidang. Sementara ada beberapa kategori dalam pemilihan pemuda Pelopor kali ini. jika, pada tahun 2017 di pilih empat kategori pemuda pelopor, pada 2018 di bagi menjadi lima kategori :
  1. Bidang Pendidikan;
  2.  Bidang Sosial Budaya, Pariwisata dan Bela Negara;
  3.  Bidang Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan;
  4. Bidang Pangan;
  5.  Bidang Teknologi Tepat Guna, Komunikasi dan Informasi;
Penobatan Pemuda Pelopor 2018

Alhamdulillah, pada hari ini saya dapat menyuarakan pendidikan masyarakat pelosok Bondowoso, pendidikan masyarakat pelosok yang perlu diperhatikan. Dalam ajang pemilihan ini saya mengikuti bidang kegiatan pendidikan. kegiatan yang saya ajukan dalam makalah saya dengan judul “ Book Adventure : mendidik masyarakat pelosok dengan membaca” kegiatan yang saya lakukan #kerjabarengan dengan Relawan Muda Bondowoso, yang merupakan perkumpulan pemuda yang peduli kepada Kotanya. Book adventure merupakan program yang terlahir sekitar dua tahun silam tetapi, eksekusinya baru bisa dilakasanakan sekitar satu tahun ini.

Book Adventure “Jelajahi Dunia Dengan Membaca”

Kabupaten Bondowoso merupakan daerah ek-karesidenan Besuki yang berada di wilayah pegunungan dan perbukitan, dengan sebaran penduduk tidak merata. Hal ini menjadi permasalahan ketimpangan pendidikan antara kota, desa dan daerah pelosok Bondowoso. Berangkat dari kompleksitas permasalahan pendidikan di Bondowoso inilah, Terlahir ide gerakan Literasi berbasis masyarakat dengan nama Book Adventure.
 Book adventure merupakan gerakan yang telah dilakukan oleh kami. bergerak dalam peningkatan mutu pendidikan di pelosok Bondowoso dengan mendatangkan buku berkualitas kepada mereka. Book adventure terlahir karena melihat kondisi minat baca dan kondisi bahaan bacaaan kualitas di daerah pelosok Bondowoso yang kurang. Maka kami sebagai pemuda Bondowoso dan masyarakat Bondowoso secara administratif, merasa memiliki tanggung jawab moral untuk ikut urun turun tangan dalam menangani masalah pendidikan ini.
Book Adventure, kami gagas sekitar dua Tahun yang lalu. Mengingat waktu itu. kami sedang mengunjungi beberapa dusun yang terletak jauh dari keramaian. Kami disana menyaksikan betapa minimnya sarana buku bacaan dan minat baca di beberapa dusun tersebut. berawal dari kunjungan kami waktu itu, untuk mengantarkan teman-teman dari  Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Indonesia untuk melakukan ekpedisi pegunugnan ijen. Asumsi Kami berkeyakinan bahwa di pelosok Bondowoso, kondisi hampir seperti ini semua. dan itu terbukti setelah kami melakukan jelajah ke beberapa pelosok Bondowoso. Kami menemukan kesamaan permasalahan dalam bahan baca dan minat baca.
Sekitar akhir 2016 gerakan ini kami lakukan dengan bergerak secara mandiri, kami melakukan kegiatan penuh dengan banyaknya rintangan, yang sangat mengkhawatirkan ketika itu, medan yang kami tempuh jalanannya licin, berbatu, tidak jarang kami beberapa kali terjatuh dengan kendaraan roda dua yang kami gunakan. Tidak berhenti disana, lokasi yng berada di perbukitan juga rawan Longsor, yang sesekali mengancam mereka terisolasi karena jalan yang mereka lewati, tertimbun longsor. Dan mengancam keselamatan kami saat mendistribusikan buku bacaan dan berkegiatan dipelosok. Dan setelah melihat resiko dan tantangannya kami justru lebih tergerak untuk lebih konsisten dalam melakukan gerakan ini.
Book adventure ini, mirip dengan perpustakaan keliling dengan mernggunakan motor meunju ke daerah pelosok. Dengan membawa buku di dalam Box Motor di pasang dibelakang jok sepeda motor kami. Kami hampir dua minggu sekali menuju ke titik lokasi pelosok. Akan, tetapi, dengan keterbatasan waktu, tenaga, biaya dan fikiran, kegitan ini diadakan menjadi sebulan sekali pada pertengahn tahun kemarin. Akan tetapi, Dengan tekat dan niat yang kuat, gerakan Book adventure saat ini tidak hanya bergerak sendiri.

Rumah baca "Soko Raong”
Tepatnya. Pada awal 2017 kami bergerak bersama komunitas Relawan Muda Bondowoso, kami #kerjabarengan dengan memperjuangkan misi besar ini, yakni kami bertekat disalah satu dusun yang pernah kami kunjungi tersebut, dapat dirikan  rumah baca  agar menjadi alternatif berkegiatan dalam meningkatkan mutu pendidikan di pelosok Bondowoso. Dan mengingat saat ini armada yang membawa buku ke Lokasi masih terabatas. Maka kami memberanikan diri memberdayakan masyarakat setempat dengan membuka rumah baca. Di akhir tahun pada tahun 2017 yang lalu, rumah baca yang pertama terlahir, berkat inisiasi gerakan Book Adventue dengan kerja barengan Relawan Muda Bondowoso.
Rumah baca pertama ini, terlahir di Dusun Tol-tol Timur, Desa Rejoagung Kecamatan Sumberwringin, kabupaten Bondowoso. Rumah baca tersebut terlahir dengan nama “Soko Raong”. Diberikan nama tersebut karena berada di lereng Gunung raung, nama tersebut diambil dari suku kata “soko” (Madura) dalam bahasa Indonesia berarti “kaki”. Dengan adanya rumah baca tersebut, gerakan Book Aventure menjadi cukup mudah melakukan kegiatan disana. karena tidak harus lagi membawa naik turun buku dengan box. Dan gerakan book adventure, ini kedepan telah menyusun rencana program yang akan dilakukan selama lima tahun kedepan dan beberapa program kerja yang telah dilakukan dan akan di lakukan di Rumah baca “Soko Raong  rencana ini tentu perlu dukungan dari berbagai pihak dan kedepan bisa di terapkan dirumah baca yang lainnya serta di dirikan diseluruh pelosok kabupaten ini.
Harapan kami, gerakan ini tidak berhenti dalam kegiatan sementara. Tetapi gerakan ini di harapkan menjadi gerakan masif di Bondowoso mengingat, masih sangat rendahnya minat baca dan rendahnya kualitas Sumber daya manusia. Oleh karena itu, gerakan ini perlu lebih banyak lagi yang terlibat. Untuk menuntaskan tanggung jawab bersama, permasalahan kualitas pendidikan di Bondowoso khususnya, dan permasalahan kualitas pendidikan Indonesia pada umumnya.



            Dusun Tol Tol Timur
Dusun Tol Tol Timur merupakan salah satu dusun terjauh di Desa Rejoagung Kecamatan Sumberwringin. Dusun ini terletak diantara kebun kopi dan hutan Produksi milik Perhutani. Menuju dusun tersebut hanya bisa ditempuh dengan menggunakan kendaraan Roda dua. Jarak antara dusun dengan pintu masuk dusun tersebut cukup jauh, kurang lebih berjarak 500 Meter dengan kondisi jalan yang sulit di tempuh, sementara pintu masuk dusun tersebut berada di antara jalan menuju Bondowoso dan kawah ijen. Karena kalau hujan turun jalannya licin, juga sering terjadi longsor di jalan tersebut. Didusun tersebut hanya memiliki fasilitas Pendidikan berupa Sekolah Dasar dengan Tiga lokal bangunan dan satu Musholla sebagai saran pendidikan agama. Serta memeiliki sarana ibadah berupa masjid, yang terletak di tengah dusun tersebut.
            Kondisi pendidikan dusun tol-tol Timur masih sangat kontras dengan keadaan di desa pinggiran kota. kendala utama yakni semua guru di datangkan dari Bondowoso kota dan daerah kecamatan tersebut, karena sulitnya akses dan jarak yang di tempuh oleh guru menuju ke sekolah, terkadang mereka baru bisa masuk kelas setengah delapan pagi, dan pulangnya sekitar jam sebelas siang. Selepas kegiatan Sekolah Dasar, mereka tidak ada kegiatan belajar mengajar lagi. Mereka lebih banyak melihat televisi dan tidak adanya fasilitas seperti rumah baca atau tempat beramin yang edukatif. Ini yang kami rasa menjadi pemicu rendahnya kualitas hidup dan pendidikan di tol-tol Timur. Terkadang bukan Cuma masalah itu yang di hadapkan pada anak-anak di dusun tol-tol, bahkan sebagin dari mereka ada yang tidak masuk dengan alasan ikut membantu ke kebun bersama orang tua.
Melihat pendidikan di dusun ini sangat kurang, tentu membuat kami merenung bagaimana menggerakan masyarakat setempat untuk menjadi agen perubahan. Sebenarnya didusun tersebut sudah ada satu pemuda yang menempuh perguruan tinggi, tetapi masih belum bisa di berdayakan dalam bidang pendidikan. Usaha kami lakukan terus berkomunikasi dengan mereka, pemangku kepentingan disana, terkadang harus bisa komunikasi dengan mereka.
            Mata pencaharian masyarakat tol-tol timur merupakan buruh tani dan sebagian besar memiliki kebun kopi yang dikelola mereka, tetapi tanah kebun tersebut milik perhutani. Dusun ini berada di tengah hutan produksi perhutani, tentu dengan memanfaatkan hutan produksi tersebut masyarakat setiap harinya keluar masuk hutan di sekitar mereka, karena kegiatan ini merupakan satu-satunya yang bisa mereka lakukan. Masyarakat didusun tol-tol Timur ini hanya ada sekitar 34 kepala keluaga dengan meyebar di antara hutan produksi milik perhutani tersebut.


Data diatas merupakan data yang kami ambil, untuk menentukan strategi Book Adventure di Dusun Tol Tol Timur. Dari data tersebut menunjukkan potensi masyarakat untuk di kembangkan dalam peningkatan pendidikan. Dengan masyarkat yang rata-rata suku Madura, dan pendidikan paling tinggi hanya tingkat SD bahkan ada yang tidak pernah bersekolah. Akan tetapi, saat ini dari sebagian mereka sudah sadar, agar anak-anak mereka tidak mengikuti jejak mereka. Berdasarkan, pemetaan yang dilakukan oleh kami, idenifkasi masalah, siapa yang berpengaruh dalam hal ini tokoh masyarakat untuk di gerakkan. Dengan kerja keras, kami berusaha mendirikan rumah baca disana sudah terlakasana dengan dukungan tokoh masayarakt setempat.
Saat ini, salah satu tokoh yang sering berkomunikasi dengan kami telah menginisi pendidikan Madrasah Diniyah dan kami di persilahkan mengisi kegiatan rumah baca disana dengan menggadengkan sekolah tersebut. Rumah baca yang selama ini berada di ruang tamu kepala dusun dengan ruangan yang tidak begitu luas, kami rasa menginginkan beberapa fasilitas untuk berkegitan. Dengan adanya, inisatif dari masyarakat yang ikut tergerak tersebut membuat kami semakin bersemangat. Mereka sampaikan kepada kami bahwa mereka tidak ingin, anak cucunya seperti mereka.
Guleh gun bisa agebey tempatah cong, se ngajer deggik mantoh guleh alumni pesantren e pekesan. Teros cakancah mbian mon agebeyeh kegiatan bisa e kantoh pon cong, guleh ngabesagin pendidikan e tol tol nikah cong. Ceng ngenesah. Dinah mon se toah pon karoan cong, anak potoh mander tak engak abek cong, tak bisa asakolah teggih. ( saya Cuma bisa membuat tempatnya mas, yang ngajar nantinya menantu saya, dia alumni salah satu peantrren di Pakisan. Anda dan temen-temennya bisa buat kegitan disini nantinya mas. Saya melihat pendidikan di Tol tol ini sangat misris mas,biarkan yang tua sudah di takdirkan berpendidikan seperti ini, anak cucu jangan sampai seperti kami).
           
            Dengan pernyataan tokoh tersebut, mereka ingin keadaaan pendidikan di Tol Tol Timur semakin membaik, secara tidak langsung dengan adanya Book adventure kesadaran mereka akan pentingnya pendidikan lebih meningkat. Oleh karenanya perlu mengubah mindset masyarakat akan pentingya pendikan. Dengan apa menyadarkan mereka sebagai orang tua, yakni dengan literasi parenting. Salah satu yang menajadi penting dalam gerakan kami, keterlibatan masyrakarat secara langsung untuk peduli pendidikan, ini adalah upaya pemberdayaan pendidikan yang kami lakukan.
            Kedepan misi ini, bukan hanya di Dusun Tol-Tol Timur, akan tetapi akan terus berkembang di seluruh pelosok Bondowoso. Dusun Tol Tol merupakan yang pertama dan sebagai contoh gerakan Book Adventure. Harapan kami partisipasi dari semua masyarkat terlebih pemuda Bondowoso, memeilki empati terhadap kabupatennya. Kerjasama ini tidak menutup kermungkinan nantinya bekerjasama dengan komunitas yang lainnya.