Rabu, 23 Oktober 2019

Gus Dur, Aku merindukanmu Gus

7:39:00 PM 0
Sewindu Gus Dur

KH. Abdurahman Wahid yang akrab di panggil Gus Dur,  Merupakan presiden Keempat dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Beliau terlahir di Jombang di kalangan keluarga pesantren. Kakeknya merupakan pendiri dari Ormas Islam Nahdlatul Ulama, yang Bergelar Hadrasyatussyeh sementara Gus Dur  di kenal sebagai Guru Bangsa. Mengajarkan toleransi antar umat di muka bumi, Memanusiakan manusia seutuhnya. Gus Dur yang dikenal dan Cintai oleh penghuni alam semesta, dari berbagai golongan, ras , etnis Agama, diantara meraka banyak yang mengenang bahkan mencintai seorang Gus Dur yang sangat toleransi, dan merawat dengan sungguh kemanusiaan dalam diri manusia diatas muka bumi. Di Bumi Papua beliau di Cintai karena memeluk erat saudara kita disana bahkan mengembalikan kepercayaan masyarakat papua kepada pemerintah dan menjadikan hari Raya Imlek sebagai libur Nasional. Menurut Manuel Kaisiepo , yang saya kutip dari nu.or.id, “saya sangat bersyukur memiliki presiden seperti beliau”.
Dalam diri ini terkadang merasa sangat terpukul dengan kejadian yang menimpa bangsa ini. yang tak pelak berbagai perselisihan antar anak bangsa. Setiap hari dihadapkan dengan cemoohan antar anak bangsa karena perpolitikan yang sangat panas dan buas, bahkan ulama dijelekkan karena urusan politik, bahkan Tuhan pun ditegur oleh CiptaanNya karena alasan politik. Intoleransi juga semakin hari semakin banyak, mengkhawatirkan negeri ini. Apa yang mereka perebutkan sebenarnya. Sementara sarapan pagi cukup makan sepiring sudah kenyang. Haruskah mengorbankan nilai kemanusiaan untuk membangun negeri ini, haruskah hilang kepekaan diri hingga runtuh negeri ini. pertikaian tanpa henti, perpecahan diciptakan dan membuat kekeruhan dalam negeri, dahi mengkerut seakan negeri ini hanya dititipkan pada nenek moyang mereka. Semua dijadikan serba repot, tak seperti dulu semenjak ada engkau, Gus! Dulu engkau mengatakan “gitu aja Kok repot” semua jadi tidak repot gus dan penuh guyu (tawa) diantara kami. Akan tetapi semenjak kau meninggalakan kami kami tidak sering guyu gus, karena melihat peliknya antar anak negeri saling maki.
Yang Lebih Penting dari Politik adalah Kemanusiaan
Mungkin sampai saat ini namamu masih terukir dihati Orang Papua, karena perjuangan kemanusiaan yang kau lakukan, engkau memanusiakan manusia Papua gus. Sekarang kita merindukan itu gus, sajak yang membuat kami bahagia ketika melihat antar anak negeri bergembira,  hari ini kami melaporkan gus, bahwa tanah  papua yang mulai tenang kemarin sempat berdebar kembali gus, kami hanya mendo’akan ning Alysa keluarga besar panjenengan dan seluruh Gusdurian tetap diberi kesehatan merawat negeri ini , Toleransi antar anak bangsa yang engkau ajarkan gus. Kami memang merindukanmu gus, nilai-nilai yang kau ajarkan kami pahami dengan cara kami ngopi santai saat ini gus. “Yang lebih penting dari politik adalah kemanusiaan” yang pernah engkau ucapkan saat ini benar adanya gus. Tetapi saat ini banyak yang lebih mementingkan politik daripada kemanusiaan gus, Bukan politiknya tapi manusianya yang berpolitik tidak memeiliki kesopanan dalam berpolitik gus. Beberapa kejadian bulan yang lalu mengajarkan bahwa kemanusiaan memang lebih penting daripada politik, maka pantaslah kau kami sebut Guru bangsa, karena kau mengajarkan kami kasih sayang tanpa melihat warna kulit, ras, suku dan agama. Tingkah lucu menghadapi politik negeri ini saat engkau masih ada, membuat kami merindukannya gus. Kami rindu tertawa gus dengan perbedaan di negeri ini gus, Gus Dur Aku merindukanmu! 

Sabtu, 29 Juni 2019

Banyak Orang Tau "Carok" Madura tapi tak Paham Lebih Dalam!

2:42:00 AM 0
Photo By Me, Edit By Canva

Madura merupakan sebuah pulau yang berada di sebelah Ibukota  Jawa Timur, Surabaya yang dihubungkan dengan Jembatan Terpanjang yang memebelah selat Madura yakni Jembatan Suramadu. Pulau Madura memiliki Empat kabupaten yang terbentang dari ujung Timur sampai Ujung Barat  dan merupakan tempat lahirnya Ulama Khos yang menjadi Guru dari dua pendiri ormas Islam terbesar di Indonesia yakni syeikhona Kiyai Muhammad Kholil di kabupaten Bangkalan. Selain itu di ujung barat juga ada keraton Asta tenggi di Kabupaten Sumenep serta Sayyid Yusuf di Talango. Masyarakat Madura di Tanah kelahirannya memiliki ke khasan khusus yakni bisa dilihat dari tata letak rumah yang memiliki halaman memanjang atau yang disebut “Tanean Lanjheng” dan disebelah barat ada Musholla atau langgar yang digunakan untuk sarana peribadahan mereka serta tempat berkumpul keluarga besar. Rumah memanjang merupakan sebuah identitas masyarakat Madura menjaga anak cucu, karena biasanya dalam satu Pekarangan terdapat beberapa rumah sanak  saudara dan keluarga besar.

Posisi Perempuan di Madura

Perempuan memiliki penghargaan tertinggi di dalam adat dan budaya Madura, mereka menjadi perhiasan dalam keluarga sehingga tak jarang remaja perempuan yang telah beranjak dewasa sangat di jaga oleh orang tuanya. Bahkan sedari lulus SD mereka dikirim ke pondok yang sangat ketat aturannya agar terlindungi dan salah satu cara melindungi serta memberikan pengetahuan pada anak sebagai bekal menuju kehidupan ke depan. Selain penghargaan terhadap anak remaja perempuan yang luar biasa, penghargaan terhadap wanita juga tercermin dari salah satu perilaku dalam memposisikan seorang istri menjadi seorang yang sangat spesial setelah “bepak, Ibu’, guruh, Ratoh” yang artinya posisi itu menjadi spesial setelah bapak, ibu, guru dan pemimpin.

 Lebbhi Bhegus Pote Tolang , Etembheng Pote Mata 

Pun penghargaan tertinggi juga bisa dilihat dari grafik tertinggi duel sampai mati atau “carok”  di pulau Madura disebabkan oleh diganggunya seorang perempuan seperti anak perempuan terlebih istri mereka, terjadinya carok juga sebagai sebuah perlawan membela diri karena perempuannya di ganggu oleh pihak ketiga, karena dalam diri orang Madura mengganggu perempuannya merupakan penghinaan terhadap harga diri seorang laki-laki. hal ini juga di Tulis oleh salah satu akademisi Madura, A. Latief Wiyata dalam bukunya yang berjudul "Carok" bahwa angka tertinggi terjadinya carok karena permasalahan perempuan, karena orang Madura memiliki prinsip yang mengatakan" Lebbhi bagus pote tolang etembheng pote mata “ maksudnya lebih baik mati berkalang tanah daripada menanggung malu. Ungkapan ini berlaku demi untuk mempertahankan martabat, hak dan harga diri sebagai orang Madura Dan biasanya timbulnya perselisihan tidak lepas dari permasalahan Perempuan dan Lingkungan. Selain penyebab tertinggi carok karena permasalahan posisi perempuan, juga karena warisan , pemilihan kepala desa atau klebun. Tetapi, lambat laut Carok mulai bisa diminimalisir dengan adanya penengah dari Tokoh agama, karena mereka sangat menghormati tokoh agama atau kiyai, dan masyarakat Meninggalkan Carok karena tingkat kesadaran dan kedewasaan dalam berfikir.  Bagi saya sebagai keturunan keempat dari Madura Asli, dulunya juga merasakan ketakutan kalau sudah mendengar kata Carok di Tanah nenek Moyang saya itu. Tetapi, saya dipahamkan dengan karakter yang juga melekat dengan gaya bicara yang keras dan nyaring serta semua budaya, perilaku orang Madura, sayapun yang tinggal dan lahir di Jawa gaya bicarapun masih sama dengan Tretan saya di Pulau Garam tersebut.

Stereotipe Terhadap Orang Madura

Mungkin itu yang menjadikan kami suku Madura disebutkan keras oleh banyak pihak, bahkan pernah ada kawan saya keturunan Madura tidak mau disebut keturunan orang Madura. Stereotipe itu melekat kepada kami Keturunan Madura yang sudah terlahir dan bermukim di Jawa bahkan mungkin di Luar Negeri. Bahkan saking keras gaya bicara kami, sempat suatu ketika seorang teman pergi ke kota Saya di Bondowoso melihat orang Madura berinterikasi dengan memakai bahasa Madura, dia meminta melerai dua orang tersebut ia menyangka sedang bertikai, saya maklumi Ia terlahir dan besar di Jawa tengah dan saya bilang kalau itu bicara biasa, dan setelah saya tanyakan memang teman saya itu hampir jarang berinterkasi dengan orang Madura sebelum ia Rantau ke Kota Jember.
 Ada juga kejadian yang membuat saya tersenyum karena seorang kawan, waktu itu  saya berkunjung ke Surabaya stereotipe negatif tentang Orang Madura itu dibicarakan kepada saya, bagaimana orang Madura disekitar Surabaya Utara, saya hanya tersenyum dan menyimak apa yang ia bicarakan, Cuma dia salut kagum atas kekompakannya orang-orang Madura. Selepas ia membicarakan itu, sayapun bilang kalau saya keturunan Madura, saya hanya memberikan pemahaman tentang orang Madura yang sesungguhnya, mungkin ada saudara saya yang berbuat buruk disuatu tempat, tapi jangan menggeneralisir kalau orang Madura itu seperti itu semua, Cuma itu yang saya sampaikan hingga diujung pembicaraan kami menemukan titik persaudaraan baru antara suku Madura dan Suku Jawa. Karena saya memahami sebagaimana orang Madura yang terlahir dan Besar di Pulau Jawa ini.Mungkin ini tidak begitu ekstrem dalam pergaulan orang Madura dan Jawa, ada cerita ekstream dari Seorang sahabat saya yang tidak boleh menikah dengan orang Madura karena  perbedaan adat, kebiasaan dan Budaya, pesan orangtuanya sebelum berangkat ke Jember memang tidak boleh mencari Jodoh orang Madura, tetapi, didalam pergaulannya selama di Jember, sahabat saya sangat senang berinteraksi dengan kami orang Madura bahkan kita saling tukar bahasa, jadi saya bicara dengannya memakai bahasa Jawa dan dia harus menjawab dengan bahasa  Madura, sangat akrab dan Lucu interaksi dalam persahabatan kami.

Cintai dan rawat budaya sendiri yang baik, pelajari dan niat khusnuzdzon memahami budaya lain,

Pernah juga seorang teman tidak mendapatkan restu dari orang tua perempuan Jawa Karena yang laki-laki berdarah Madura, seorang teman tersebut memiliki niatan untuk menikahi setelah kurang lebih empat tahun saling kenal dan alasannya karena gaya bicara kami serta beberapa stereotipe terhadap orang Madura itu. Mungkin karena alasan itu juga banyak kejadian lelaki Madura tidak direstui oleh orang tua perempuan Jawa. Dari beberapa kejadian kandasnya sebuah Tali cinta lelaki Madura dengan Jawa terutama Jawa Kulonan karena perbedaan itu, tetapi juga tak jarang dari mereka ada yang jadi menikah karena perempuan jawa tersebut masih memiliki darah Madura, kalau yang sama-sama murni Suku tak jarang kandas. Memang ada mitos ataupun kayakinan di Jawa bahwa perempuan Jawa tidak boleh menikah dengan lelaki Madura. Tak Jarang pernikahan antar suku ini kandas hanya karena mitos tersebut, kalau dicermati dengan baik sebenarnya pernikahan itu bukan tentang dengan suku dan perbedaan itu semua. Kalau memang niatan baik untuk menikah dan tidak ada niatan yang lain selain karena niatan karena Allah SWT, menjalankan kebaikan, melanjutkan keturunan baik,dan  meperjuangkan kebaikan,tentunya hal seperti itu tidak perlu terjadi. Pernikahan bukan gerbang menuju kebaikan kenapa harus dibatasi oleh mitos yang berujung stereotipe tersebut. Insyaallah kalau semua niatannya baik, menikah dengan suku manapun Endingnya akan baik. Hilangkan stereotipe tidak baik dibenak anda, tidak semuanya seperti itu. Cintai dan rawat budaya sendiri yang baik, pelajari dan niat khusnuzdzon memahami budaya lain, alangkah eloknya bila saling memahami antar suku, agama, ras dan golongan di Negeri Bhineka ini.


Minggu, 28 April 2019

Bagus Sajiwo : Catatan Sang Juara, Dedikasikan Diri Untuk Menulis

1:55:00 PM 0
Foto penganugerahan Dari Kementerian Pendidikan

           
Bagus Sajiwo itu nama penanya, tempaan demi tempaan yang ia rasakan semenjak nyantri di Pondok pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo, menghantarkan dia menjadi sang juara dalam berbagai tulisan karya jurnalistik. Saat ini dia bekerja di Jawa Pos Radar Jember,  penghargaan demi penghargaan dia raih dengan beberapa honorarium yang telah mengantarkan ia pada kehidupan lebih mapan, dengan Menulis ia dapat mewakili Indonesia dalam salah satu forum Internasional di Polandia. Karya jurnalistiknya sangat apik dan sangat menarik disetiap karya yang ia sajikan, ada beberapa karya yang sempat di bukukan bersama penulis atau jurnalis lainnya.

            Sebenarnya saya baru mengenal dia pada bulan November 2015, waktu itu saya masih awal menjadi ketua umum Swayanaka regional Jember yang secara kebetulan meliputan kagiatan kami bersama Migrant Care pada acara Jambore buruh Migran di Universitas Jember. saya juga tahu dia merupakan jurnalis produktif saat itu ketika mleihat beberapa artikel dan diberitahu salah satu Teman. Ia merupakan jurnalis yang terlahir dari rahim Lembaga Pers Mahasiswa ( Persma) Al Fikr, di Institut Agama Islam Nurul Jadid yang saat ini telah menjadi Unversitas Nurul Jadid ( UNUJA) Paiton Probolinggo. Tepat pada tahun 2017 saya dihubungi kembali oleh dia, entah waktu itu dikira oleh saya berkenaan dengan berita yang mungkin butuh kontak narasumbernya, tetapi beda. Saat itu saya dihubungi dalam rangka syukuran atas Rumah Baru yang ia beli di perumahan sekitar Tegal gede, Semeejak itu ia juga mempersilahkan saya untuk tinggal di rumah barunya. Dengan benyaknya kegiatan full dikantor sehingga tak jarang ia hanya pulang tidur dalam artian, (liputan, Menulis dan ngopi) jadi memang hidupnya di dedikasikan untuk menulis. Selain itu ia juga sempat menjadi Humas bidang media disalahsatu ormas pemberdayaan masyarakat.  kadang banyak obrolan atau diskusi menarik saat saya ulik darinya dari hal yang bersumber dari buku maupun berita yang ia liput. Di sela kesibukannya sebagai Jurnalis profesional Pria bernama asli Bagus Supriyadi ini, juga masih menyempatkan menempuh pendidikan strata dua di IAIN Jember. dengan minat Tulis yang tinggi, tentunya harus dibarengi dengan minat Baca juga, maka tak heran jika hidupnya tidak bisa dipisahkan dengan buku.

Beberapa Foto Piagam Penghargaan Karya
Hidupnya pun tidak luput dari yang namanya Buku, buku merupakan teman terbaiknya dalam segala hal. yang menarik dari Pria kelahiran Bondowoso 28 April 30 Tahun lalu ini, ketika sebagian dari gajinya harus menjadi buku, jadi setiap lepas gajian, buku itu pasti dia beli. Dalam satu hari dia bisa menghabiskan membaca satu buku disela-sela kesibukannya dalam melakukan ativitas sebagai jurnalis. Beberapa penghargaaan telah ia raih merupakan buah dari kegigihannya dalam membaca dan menuliskan yang ia baca. Dengan passion yang ia miliki dalam dunia kepenulisan menghantarkan ia menjadi sang juara. Prestasi terakhir yang menghantarkan dia ke Eropa Mewakili Indonesia dalam forum Perubahan Iklim yang dilakukan oleh PBB, prestasi ICCTF Media Award 2018 ia menjadi pemenang 1, ICCTF Media Award merupakan sabuah ajang pengharagaan karya jurnalistik tentang program-program penanggulangan perubahana iklim, yang dberikan kepada jurnalis media cetak maupun olnline yang ikut berperan menyebarluaskan tentang perubahan iklim di Indonesia. 

Diusianya yang sudah menginjak tiga puluh tahun, mas Jiwo sapaan akrabnya di laman website ini, telah menorehkan banyak prestasi, dan berjuta pengalaman di dunia kepenulisan. dihari kelahirannya ini saya hanya mendo'akan semoga segera mendapatkan pendamping hidup yang sholehah yang bisa mendukung karir dan masa depannya. ucapan terima kasih juga saya sampaikan, yang telah memberikan tempat sekaligus perpustakaan yang nyaman dirumah pribadinya selam dua tahun ini.  

Senin, 11 Maret 2019

Mengubah Tanggal Lahir di Ijazah

11:09:00 PM 2

Sumber : Me edit by Canva 

Bulan November merupakan bulan yang dikenal dengan bulan pahlawan yang mana didalamnya terdapat hari bersejarah yakni Hari Pahlawan. Pada setiap tanggal 10 November merupakan selalu diperingati sebagai hari pahlawan, hari pahlawan ini tidak lepas dari sebuah sejarah seruan resolusi Jihad oleh salah satu tokoh NU yakni Hadratussyeih KH. Hasyim Asy’ari, yang ditandai dengan pergerakan kaum santri di Jawa Timur memasuki Kota Surabaya untuk menyerang Penjajah, Kaum santri berlebur menjadi satu-kesatuan dengan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Komando Perang Soetomo atau yang lebih dikenal dengan Panggilan Bung Tomo, menyulutkan Semangat Nasionalisme dengan arahan Mbah Hasyim untuk mengumandangkan Takbir diakhir pidatonya agar semangat perjuangan Arek-arek Suroboyo dan sekitarnya menyala-nyala.
            Mungkin di Bulan November kita diingatkan dengan peristiwa tersebut, tetapi dibalik itu saya juga menemukan sesuatu dibulan Pahlawan ini yakni peristiwa tanggal lahir saya. Di dalam dokumen administrasi Resmi saya, baik Akte Kelahiran sampai Ijazah saya terlahir di Bulan Kemerdekaan Republik Indonesia yakni Agustus, tepatnya di semua dokumen tersebut 09 Agustus 1994. Sementara saya baru tahu kalau bulan lahir yang sesungguhnya adalah bulan Pahlawan, Tepatnya Ahad Legi 28 November 1993/ 14 Jumadil Akhir 1414. Jadi dari tanggal lahir di Ijazah lebih Muda setahun dari tanggal lahir yang sebenarnya, bukan tanpa alasan terjadi kesalahan tanggal lahir tersebut. Ceritanya begini, jadi pada waktu saya masuk sekolah dasar (SD). Saya didaftarkan oleh kakek  yang lebih tahu tanggal dan bulan Hijriah atau penanggalan Jawa dalam tanggal lahir saya, akhirnya oleh guru di catatlah tanggalnya tersebut sesuai permintaan kakek saya, tanggal 09 Agustus 1994. Berjalannya waktu  setiap mengisi isian tanggal lahir pasti saya mengisi tanggal tersebut, sampai hampir lulus dari perkuliahan tanggal lahir itu kesemuanya tanggal 09 Agustus 1994. Entah apa yang membuat saya masih penasaran dengan tahun lahir saya, sehingga saya bertanya pada sepupu saya yang lahir lebih muda dari saya dia lahir di bulan januari 1994. Setelah saya Tanya sama orang tua saya, ternyata benar aku lebih tua dari sepupu saya. begitu kata mereka.
          Dengan rasa penasaran sebulan yang lalu saya bongkar-bongkar dokumen lama termasuk dokumen Buku nikah orangtua saya. Di halaman terakhir ada kolom kelahiran anak disana hanya ada tulisan “tanggal 28, 14 hari Ahad Legi dan Tahun 1994 , nama Holidi Tulisan Arab ”, nah dari tanggal lahir saya di akte Kelahiran kok tidak ada yang sama tanggalnya Cuma tahunnya cocok. Setelah melalui penelusuran Google, akhirnya saya menemukan tanggal lahir Ahad legi 28 dan 14 tersebut ditahun 1993, saya masih belum percaya dengan penelusuran google tersebut sampai saya minta bantuan calon Teman Hidup (asyekk), untuk menyelusuri di google, akhirnya temuannya tetap sama “Terima kasih Google”. Setelah saya konfirmasi kembali bulan kelahiran saudara yang lebih muda dari saya tersebut akhirnya saya percaya kalau saya benar-benar lahir 28 November 1993. Tetapi, tidak mungkin juga saya menghapus atau merubah semua dokumen administratif saya tersebut. jalan yang saya tempuh adalah mengingat dan mencatat saja tanggal lahir saya yang sebenarnya tersebut.
            Tanpa mengubah tanggal Lahir Ijazah, saya tetap menggunakan semua dokumen resmi administrasi saya. Karena kalau mengubah semuanya pasti akan memakan banyak waktu, tenaga dan lainnya. cukuplah disimpan dengan rapi data saya yang sesungguhnya tersebut. bagi yang menunggu info cara mengubah kolom tanggal lahir di Ijazah mohon maaf, belum bisa mendapatkan info tersebut. info tersebut bisa dilakukan di Dinas Pendidikan setempat dengan membawa KTP dan identitas lainnya. 
Mulai sekarang kalau ditanya kelahiran tahun berapa ? tetap tahun 1994 hehe. Kalau ditanya 2019 milih Presiden siapa? Rahasia hehehe 


Jumat, 01 Maret 2019

TERIAKKU

12:30:00 AM 0

Sumber

Jangan mencari dalam sunyi
Karena aku tak berada disana
Jangan mencari di keramaian
Karena aku juga tak berada disana
Tapi, aku berada diantaranya, iya diantara
Aku berada diatas rusuk kananmu,
Bersemayam di dalam qolbu

Teriakku padamu!
Hentikan pertikaian
Hentikan permusuhan
Hentikan olok-olokan
Hentikan! Hentikan ! hentikan!
Tapi, kau tak pernah mendengar
Aku dipenjara  nafsumu
Aku digembok akalmu
hingga kau tak dengar lagi, teriakku.

Bondowoso, 17 November 2018