Rabu, 16 Mei 2018

Pemilik Rahim


Pemilik rahim itu menagis
Menangis karena air hina yang pernah singgah di rahimnya
Air hina itupun tumbuh menjadi daging keras
Bahkan sekeras Batuan Karst
Pemilik rahim itu menangis 
Menangis bukan karena kerasnya airhina yang menjelma itu
Tetapi, menagis karena daging yang ia harapkan pernah bersanding dengan daging lembut
Iya, daging lembut yang hampir membusuk itu.
Pemilik rahim itu menangis
Karena, aroma tak sedap dari daging lembut itu
Daging lembut yang selama ini disangka akan menjadi pelembut daging keras yang pernah singgah dirahimnya
Daging lembut itu telah diangkat menjadi darah dagingnya sendiri.
Karena, prasangka baik pemilik rahim yang menangis.
Pemilik rahimpun gelisah
Gelisah daging keras itu tidak seperti dahulu
Tak sepeti karst menghadapi hidupnya
Karst yang dididik oleh kehidupan
Karst yang menjelma dari daging keras itu mulai tangguh karena daging lembut yang hampir membusuk.
Pemilik rahimpun seakan ikut tangguh
Setelah melihat karst yang masih berdirik tegak di tengah kemarau
Kemarau yang melanda tiga tahun lamanya.
Selamat pagi, pemilik rahim

Jember, 13 April 2018

Comments
2 Comments

2 komentar:

rizal hidayat mengatakan...

keren puisinya, menyentuh bgt

Mas Holidi mengatakan...

Terima kasih mas..
hanya sebuah karya biasa