Sabtu, 10 Maret 2018

Mimpi Yang Tergadaikan


 Selamat Malam, salam sejahtera semoga  Tuhan selalu menyertai kita.

                Mimpi menuju masa depan tentu semua orang memiliki. Manusia di muka bumi ini tentu semua memiliki mimpi. Bahkan anak kecilpun ia telah memiliki mimpi di masa depan. Begitupun dengan saya, berangkat dari mimpi yang dulu penuh rintangan meskipun sampai saat ini masih memiliki rintangan.  Mimpi tentunya harus di perjuangkan, mimpi merupakan jelmaan dari cita-cita, yang terkadang di tanyakan waktu kita masih di dalam perut ibu, “nak nanti kamu ingin menjadi apa atau ingin membuat apa” harapan seorang ibu yang mengandung selama beberapa bulan. Setelah kita lahirpun kita telah di do’akan untuk memiliki mimpi yang menjelma menjadi cita-cita. Karena semua orang tua ingin anak-anaknya memiliki mimpi yang lebih dari dia. begitupun orang tua saya. Ingin anaknya memiliki mimpi yang  lebih darinya.
NKRI harga Mati

                Saya masih ingat, waktu kelas satu sekolah Dasar, kebetulan saya tidak masuk TK ataupun PAUD,  saya belajar mengenal profesi itu kelas satu SD. Waktu itu orangtua ingin saya menjadi seorang Dokter, di tulislah oleh ibu di buku saya waktu itu “cita-cita : Dokter ”. tetapi, selang berapa tahun, sayapun berproses menjadi anak-anak yang harus memilih mimpi atau cita-cita dari hati. Waktu itu saya masih ingat, waktu kelas tiga SD sering melihat acara yang waktu itu  tayangan khusus Tentata, kalau tidak salah di salah satu stasiun televisi Swasta, saya paling  senang melihat pengabdian Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang bertugas di perbatasan atau teras negeri ini.  waktu itu saya bertekat memiliki mimpi menjadi seorang TNI yang betugas di perbatasan atau teras negeri ini, mengajar anak di perbatasan, berinteraksi dengan masyarakat perbatasan  dan sebagainya dilakukan disana. Waktu terus berproses,  mengejar mimpi itu. bahkan  di salah satu kesempatan saya berjumpa dengan seorang bapak tentara dari kesatuan apa, batalyon apa saya tidak tahu. Saya bertanya cukup banyak tentang tentara kepada beliau, waktu itu di dalam bis antar kota.

Saya : Pak sampeyan dulu sekolahnya selepas SMA kemana pak?
TNI : saya sekolahnya di secaba Jember. saya prajurit tempur di kodam saat ini.
Saya : kalau ingin seperti Panglima Sudirman atau Pangkat Jendral itu dimana sekolahnya pak?
TNI : sekolahnya Di Magelang  Jawa Tengah dek Akademi Militer, tapi seleksi masuknya kesana  sangat ketat dek.

Itu, percakapan yamg masih saya ingat sampai saat ini, tentu masih banyak percakapan yang tidak di ingat oleh saya. Dan hampir setiap kesempatan saya menuliskan dari kels 3 SD sampai SMA masih memiliki mimpi menjadi seorang TNI. Hingga SMA saya di pastikan tidak bisa ikut menjadi Tentara Karena postur Tubuh tidak memungkinkan. Tapi, mimpi itu tidak padam, mekipun semakin hari bertambahlah mimpi –mimpi itu. bukan hanya menjadi seorang TNI lagi, tetapi berproses mimpi untuk masa depan itu semakin menjadi-jadi.  Setelah di pastikan saya tidak bisa mengikuti seleksi menjadi seorang TNI, karena jurusan saya IPS waktu SMA dan Postur Tubuh tidak memungkinkan. Tentu mimpi menjadi seorang TNI masih ada, Karena tertanam mimpi itu sampai saya memutusakan untuk lanjut kuliah karena ajakan teman. Saya masih bermimpi menjadi seorang TNI  karier dari  S1 dan menyusun mimpi-mimpi yang lain, untuk mempersiapkan di masa depan, ketidak pastian yang akan datang. Karena belajar dari mimpi sebelumnya.


                Akan tetapi, saya membiarkan atau bahkan mengubur mimpi yang sangat membuatku bersemangat meraihnya .  saya menguburnya,  Cuma karena tangisan seorang perempuan yang saya anggap ingin menggapai mimpi bersama saat itu. dia tidak mau kalau nantinya jauh dari saya. Dengan perasaan yang sangat berat, saya harus merelakan itu semua bahkan menyusun mimpi yang lain. saya terus berproses menjadi sorang yang terus kritis terhadap keadaan, karena saya menganggap mimpi saya selanjutnya yakni memperhatikan kemakmuran masyarakat dan keberpihakan pada kaum yang tertindas,. Karena itu, asupan bahkan virus yang di tularkan waktu saya di bangku kuliah.
                Saya merangkai mimpi-mimpi kembali, karena telah mengubur mimpi besar saya , saat usia masih di bawah 22 tahun. Karena mimpi itu bisa tercapai maksimal di usia 22 untuk menjadi seorang TNI. Tapi saya merelakan bahkan mengubur sangat dalam. Meskipun awalnya  mimpi saya di tentang oleh orang tua, tetapi setelah saya jelaskan mereka mengiklaskan dan mengijinkan. akan tetapi, nasi sudah menjadi bubur dan saya menggadaikan mimpi itu.

Dokumentasi Folder Kenangan

                Ketika saya memutuskan untuk mengejar mimpi itu di bangku kuliah. Saya teringat pesan orangtua , “ Nak, cobaannya laki-laki itu perempuan dan cobaannya perempuan itu laki-laki”. Itu pesan yang saya ingat waktu itu tentang kehidupan. Saya tidak begitu mempercayai pesan itu. tetapi, baru saya rasakan waktu saya menggadaikan mimpi saya, demi mimpi seorang yang telah menangis di bahu saya dan saya mencoba mempercayai bahwa mimpi dia adalah mimpi saya. Apapun yang menjadi menjadi mimpi dia, itu adalah mimpi saya juga. Sehingga , saya menggadaikan mimpi saya sendiri. setelah saya flashback mengingat semuanya, ternyata saya terlalu egois pada diri saya yang telah rela menggadaikan mimpi saya sendiri.
 Cukuplah, mimpi ini tergadaikan saat ini. terlalu jauh untuk mengejarnya sudah. Aku iklaskan mungkin ini adalah sebuah pembelajaran kehidupan. Entah mimpi itu datang lambat laun bahkan cepat. Terserah Tuhan. Karena aku percaya, Tuhan saya dengan Tuhan Dia sama. Semoga semua do’a yang baik di amini oleh malaikat-malaikat-NYA.
                Bunga Tidur itu, berubah Mimpi.
                Mimpi yang ku gadaikan, karena ku yakin mimpimu adalah mimpiku, waktu itu.
                Namun, satu per satu mimpi itu tak hanya bunga tidur, akan tetapi, kenyataan.
                Saatnya kau merawat mimpimu, sementara aku masih menggadaikan mimpiku.
                Sebentar, mimpi itu belum berbuah kenyataan semua  ya ?.
                Mungkin mimpiku hanya bunga tidur.
Karena , yang terpaksa ku gadaikan, demi mimpimu.
Rawat mimpimu yang telah menjadi kenyataan.
Aku masih akan memperjuangkan bunga tidurku, yang bersemi menjadi mimpi.
Iya, mimpi!
Mimpi yang masih tergadaikan.
_Halte PB Soedirman Jember, 09 Maret 2018.

Sekian, pembaca yang budiman apabila ada salah kata dan salah ketik mohon dimaafkan. Karena, kebenaran yang hakiki hanya milik Tuhan. Saya Cuma manusia yang berlumur dosa, dosa kepada manusia, semesta dan dosa kepada tuhan.
Mak tak iyeh!
Wassalam

Comments
0 Comments

Tidak ada komentar: